Saturday 5 March 2016

DEMAM BERDARAH DENGUE DAN TANAMAN SERAI SEBAGAI ALTERNATIF PENGUSIR NYAMUK

Posted by Unknown on 23:50:00 with 1 comment
1. PENDAHULUAN
    
    Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue, melalui gigitanya disebarkan kepada manusia (Kalyanamitra, 2012). Statistika data dari seluruh dunia, Kawasan Asia menjadi urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. WHO mencatat angka kasus DBD di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi dkk, 2009).
    Tanda seseorang terserang DBD yaitu munculnya demam secara tiba-tiba yang disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi serta otot dan timbul ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah, diare, flu ringan disertai batuk (Kalyanamitra, 2012).
       Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Selain pencegahan melalui 3M, untuk menghindari gigitan nyamuk dapat digunakan tanaman dari alam yang menghasilkan bahan anti nyamuk. Salah satu tanaman penghasil bahan anti nyamuk adalah serai wangi karena mengandung minyak atsiri yang berfungsi untuk pengusir nyamuk (Kasmara dkk, 2012).

2. GEJALA DEMAM BERDARAH
    Kondisi terjangkitnya demam berdarah perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut. Terdapat 4 tipe orang yang mengalami atau menderita demam berdarah, diantaranya :
 a.       Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
 b.   Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
 c.     Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue(DBD)) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (mimisan), mulut, dubur, dan sebagainya.
 d.      Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok atau presyok, bentuk ini sering berujung pada kematian. Lama demam berdarah pada umumnya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah trombosit akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
(Kaylanamitra, 2012)

3. TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH
Untuk memberantas sarang nyamuk dikenal dengan 3M, sebagai berikut :
    (a)    Menguras tempat penampungan air (bak mandi, tempat minum burung dan tempat – tempat yang dapat menampung air yang lainnya).
    (b)   Menutup penampungan air.
    (c) Membuang dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air.

     Pencegahan yang kedua dengan cara menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan, sebagai berikut:
(a)    Dilakukan pengasapan (fogging) secara masal.
(b)   Gunakan anti nyamuk oles, obat nyamuk semprot maupun bakar dan bisa memasang kelambu.(c)    Menaburkan bubuk ABATE dalam penampung air.
(d)   Memanfaatkan jenis – jenis tanaman tertentu (Lavender, Serai Wangi, Geranium, dan Zodia) menghasilkan bau yang tidak disukai oleh serangga, seperti nyamuk.
                                                                                                                          (Kasmara dkk, 2012).

4. TANAMAN SERAI
  Serai merupakan tanaman bermarga Andropogon, deng an nama spesies Andropogon nardus L. Serai merupakan tanaman rumput-rumputan tegak, menahun dan mempunyai perakaran yang sangat dalam dan kuat. Daun serai merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula), helaian, lebih dari separuh menggantung, remasan berbau aromatik (Budiasih, 2011).
  Kandungan dari serai yang utama adalah minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol. Hasil penyulingan dari Andropogon nardus L diperoleh berupa minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae. Oleum citronellae terdiri atas geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk, sehingga tanaman serai ini dapat dimanfaatkan (Wardani, 2009).

5. PENGOLAHAN TANAMAN SERAI SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUSIR NYAMUK
(1)   Potong akar serai, pisahkan dengan batang dan daunnya sebanyak 1 ons (3-5 buah)
(2)   Kemudian cuci bersih daun dan batang serai.
(3)   Jemur sebentar sampai layu, potong serai menjadi bagian kecil, buang bagian yang berwarna coklat.  
(4)   Blender sampai dirasa cukup halus, masukkan serai yang sudah halus ke dalam wadah bersih.
(5)   Tambahkan air sampai 100 ml dan direndam selama 1 malam.
(6)   Rendaman tersebut disaring, sehingga yang tertinggal air serainya saja.
(7)       Tuangkan ke dalam botol sprayer (botol bekas parfum yg telah dicuci bersih dan kering).
Penggunaan: Semprotkan cairan serai ke ruangan yang ingin disterilkan dari nyamuk atau semprotkan langsung pada sarang atau jala.

6. KELEBIHAN ALTERNATIF TANAMAN SERAI (Rahma, 2013)
a)      Proses perendaman selama satu malam bertujuan untuk mengeluarkan zat sitronela yang terkandung dalam serai.
b)      Obat nyamuk semprot, oles, dan bakar berbahaya bagi manusia sebab mengandung bahan aktif golongan organofosfat seperti propoxur (karbamat), diethyltoluamide,  dan dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.
c)      Obat nyamuk dari Tanaman Serai tidak mengandung bahan-bahan kimia seperti obat nyamuk semprot, oles maupun bakar yang dijual dipasaran, selain itu obat nyamuk dari serai juga berbau harum.
d)     Tanaman Serai mudah didapat dan juga mudah ditanam sendiri di halaman rumah, sehingga tidak memerlukan biaya yang banyak dalam pembuatannya.
Bahan lain untuk membuat obat nyamuk pun hanya air bersih, sedangkan tempatnya bisa menggunakan botol sprayer baru maupun memanfaatkan botol bekas sisa parfum yang telah dicuci bersih dan kering

SUMBER
Achmadi, U.F., Sudjana, P., Sukowati, S., Wahyono, T.Y.M., Haryanto, B., Mulyono, S., dan Adiwibowo, A. 2009. Buletin. Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Vol. 2
Budiasih, K.S. 2011. Pemanfaatan Beberapa Tanaman Yang Berpotensi Sebagai Bahan Anti Nyamuk. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta
Kalyanamitra. 2012. Demam Berdarah, Gejala, Pencegahan dan Pengobatannya. http://www.kalyanamitra.or.id/wp-content/uploads/2012/07/DemamBerdarah-Gejala-Pencegahan-dan-Pengobatannya Diakses pada 2 Februari 2015
Kasmara, M., dan Hermawan, W. 2012. Sosialisasi Tanaman Hias Pengusir Nyamuk (Lavender, Serai Wangi, Geraniuum dan Zodia) di Lingkungan Perumahan dan Sekolah Dasar Desa Melati Wangi Kabupaten Bandung
Rahma, H.N. 2013. Bioteknologi Membuat Obat Nyamuk Dari Serai. http://www.slideshare.net/helmyshin1/bioteknologi-membuat-obat-nyamuk-dari-serai Diakses pada 30 januari 2015
Wardani, S. 2009. Uji Aktivitas Minyak Atsiri Daun dan Batang Serai (Andropogon naidus L.) Sebagai Obat Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Friday 4 March 2016

UJI FITOKIMIA KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii)

Posted by Unknown on 21:52:00 with No comments
Tanaman Obat adalah tumbuhan yang melalui proses metabolisme sekundernya dapat menghasilkan senyawa-senyawa bioaktif (metabolit sekunder) seperti alkaloid, fenolik, tripenoid, minyak astsiri, glikosida dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mengobati suatu penyakit atau mencegah terkena penyakit (antibiotik). Adapun fungsi senyawa-senyawa bioaktif bagi tanaman itu sendiri, yaitu :
     1. Membantu dalam penyerbukan bunga tumbuhan tersebut.
     2. Mencegah agar daun tumbuhan tersebut tidak dimakan oleh herbivora.
   3. Dan sebagai senjata untuk memenangkan dalam berkompetisi dengan tumbuhan lain yang tumbuh pada habitat yang sama.

KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)

   Kulit kayu manis memiliki sifat dan daya guna yang menguntungkan jika diolah secara tepat. Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin (Rismundar, 2001). 
    Bianchini, Corbetta dan Kiangsui mengatakan bahwa minyak kayu manis sudah dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, flu pada usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan  Cinnamimum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia, dapat dijumpai di Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah , dan Maluku (Rismundar, 2001)

TAKSONOMI KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)


Kingdom         : Plantae
Super Devisi    : Spermatophyta
Divisi               : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                 : Laurales
Famili               : Lauraceae
Genus               : Cinnamomum
Spesies             : Cinnamomum burmanii
                         (Rismundar dan Paimin, 2001)





MORFOLOGI TANAMAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)
Tanaman Kayu Manis memiliki tinggi antara 8-27 m dengan panjang daun antara 5-17 cm dan lebar daun 3-10 cm. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna merah muda. Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi, serta bersifat hangat. Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis diantaranya minyak atsiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, damar dan zat penyamak (Hariana, 2007).

UJI FITOKIMIA KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)
Uji fitokimia itu sendiri terdiri dari uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrukuinon, molisch, benedict, ninhidrin dan biuret (Tohir, 2010).

1. Alkaloid
    Senyawa metabolit yang mengandung nitrogen dengan bilangan oksidasi negatif dan bersifat basa. Berdasarkan struktur kimia golongan alkaloid dapat dibagi menjadi golongan piridan, tropan, kinolin, indol dan lainnya. Manfaat alkaloid dapat digunakan sebagai pengobatan  (Harbourne, 1995).
2. Steroid
    Senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoperna dan secara biosintersis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Dalam bidang farmasi digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat (Tohir, 2010).
3. Flavonoid
    Senyawa fenol terbesar yang banyak ditemukan di alam. Sebagian besar flavonoid terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan dalam bentuk campuran jarang dijumpai berupa senyawa tunggal.
     Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktifitas seperti antiinflamasi, membantu memaksimalkan fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant, dan diuretic (Rusydi, 2010).
4. Saponin
    Senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan senyawa hidroksil organik yang apabila dihidrolisisi akan menghasilkan glikon dan aglikon serta busa. Saponin digunakan sebagai bahan pencuci kain (batik), sebagai shampoo. Untuk memperoleh saponin dari tumbuhan dapat menggunakan metode ekstraksi (Tohir, 2010).
5. Fenol Hidrokuinon
    Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dengan ciri yaitu cicin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidoksil. Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu adanya perubahan warna larutan menjadi merah, violet, atau merah-ungu (Harboune, 1995).
6. Molish dan Benedict 
    Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya gula pereduksi. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus armoatik, dan alpha hidroksi keton (Lehniger, 1982).
7. Biuret dan NInhidrin 
    Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam bahan. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan protein. Reaksi ini termasuk yang paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh (Santoso, 2008).
    Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida (Santoso, 2008).

ALUR KERJA UJI FITOKIMIA 


HASIL PENGUJIAN DARI KAYU MANIS DAN PEMBAHASAN
Hasil skrining fitokimia pada Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa kimia alkaloid, saponin, flavonoid, fenol hidrokuinon, dan tanin. Namun, pada uji alkaloid menggunakan reagen mayer memberikan hasil negatif. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti warna serbuk sampel yang menyulitkan pembacaan endapan yang terbentuk atau dari reagen mayer sendiri pada saat pembuatan komposisinya kurang tepat. Hasil negatif juga ditujukan pada uji steroid, karena kayu manis biasanya digunakan dalam menambahkan cita rasa pada makan maupun minuman bukan dalam campuran obat.



Nama Sampel
Kandungan Metabolit Sekunder
Alkaloid
Steroid
Flavonoid
Saponin
Fenol Hidrokuinon
Tanin
Dragendroff
Mayer
Wagner
Kayu manis (Cinnamomum burmanni)
+
-
+
-
+
+
+
+





SUMBER

Rusydi R. 2010. Analisis Mikroskopis Komponene Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) Dari Kelurahan Situ Gede Bogor. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teachnology.com) diakses tanggal 27 Juni 2014.

Tohir AM. 2010. Teknik Ekstraksi dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera litura fabr.). Buletin Teknik Pertanian Vol.15 (1): 37-40.




KERJA ONLINE - PART TIME

Posted by Unknown on 04:20:00 with No comments
LOWONGAN KERJA"... Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar dan bukan penipuan. http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr Telah terbukti ODAP BUKAN PENIPUAN, Bisnis ODAP membayar membernya hingga juta rupiah tiap bulannya. Hanya ada disini http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr Binis online yang berbeda dari bisnis online yang lain. Pertama di Indonesia dan terbukti membayar. Info selengkapnya klik http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr

Sunday 23 June 2013

PENGECATAN BURRY

Posted by Unknown on 05:53:00 with No comments
Banyak spesies bakteri yang mensintesa polimer ekstrasel yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling sel yang disebut kapsul. Pada media agar, koloni kuman berkapsul tampak seperti koloni yang brrlendir. Umumnya bakteri berkapsul lebih tahan terhadap efek fagositosisdari daya pertahanan badan. Sejenis kapsul pada Sreptococcus mutans misalnya, dapat melekat erat pada permukaan gigi, membentuk lapisan plaque pada gigi dan mengeluarkan produksi asam yang menyebabkan karies gigi.
Beberapa metode pengecatan kapsul:
  • Metode burry - Cata yang dipakai: Nigrosin,Methilene Blue, Safranin
  • Metode Hiss - Cat yang dipakai: Basic Fucsin (dengan  pencuci alcohol)
  • Metode Welch - Cat yang dipakai: carbol fuchsin ( dengan pencuci NaCl)
  • Metode Antony - Cat yang dipakai: Kristal violet (dengan pencuci CuSO4)
Perbedaan antara kapsul dan lendir
  • Kapsul : bentuk kompak dan pasti
  • Lendir  : bentuk tidak beraturan
Fungsi kapsul pada sel bakteri
  • Sebagai  makanan cadangan
  • Mencegah kekeringan
  • Mencegah fagositosis
  • Menunjukkan virulensi
  • Kapsul sulit diwarnai karena adaya afinitas( daya serap) terhadap cat sangat kecil
Hubungan antara kapsul dan virulensi bakteri
  • Semakain tebal kapsul maka virulensinya semakin kuat dan sebaliknya
Species bakteri berkapsul
  • Klebsiella pneumonia
  • Bacillus subtilis
  • Seratia marcescent
  • diplococcus pneumonia
  • Pneumococcus pneumonia
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.Buku Ajar:Mikrobiologi Kedokteran

http://dwipoenya.wordpress.com/2010/11/04/pewarnaan-kapsul/

LOWONGAN Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji puluhan juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar dan bukan penipuan. http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr

Perhitungan Kuantitas Mikroba : Hitungan Cawan Petri (PTC) dan Biomassa Sel (Metode Turbidimetrik) + KERJA PAR TIME

Posted by Unknown on 05:51:00 with 1 comment
Perhitungan Kuantitas Mikroba
A. Tujuan
  1. Memahami teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi biomassa bakteri yang viable dengan metode hitung cawan petri.
   2. Penentuan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan spektofotometer dan kerelasinya terhadap hitungan sel yang bersangkutan.
B. Landasan Teori
Analisis material berupa makanan, air, susu, dan udara dalam hal – hal tertentu membutuhkan perhitungan jumlah mikroorganisme. Metode yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebu antara lain : penghitungan mikroskopis langsung, elektronik sel counter seperti misalnya Coulter counter, metode kimiawi untuk mengetahui massa sel atau penyusun seluler, pengukuran turbidimetri untuk peningkatan massa sel, dan penghitungan total koloni pada cawan yang menggunakan metode pengenceran agar cawan.
1. Metode Hitungan Cawan
Metode hitungan cawan didasrkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang biak menjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakn jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
2. Metode Turbidimetric
Metode turbidimetrik merupakan metode pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokolorimeter. Namun agar data yang diperoleh pengukuran ini dapat dinyatakan sebagai konsentrasi organism, diperlukan suatu kurva standart yang menyatakan korelasi antara kekeruhan dengan jumlah organisme per-ml biakan. Kurva semacam ini diperoleh dengan cara menggunakn metode hitungan cawan untuk menggunakan metode hitungan organisme di dalam biakan yang kekeruhannya diketahui.
Sekali kurva biakn ini diperoleh, maka sejumlah biakan organism sejenis dapat dengan cepat diukur kekeruhannya dan konsentrasinya segera setelah membaca kurva standar tersebut.
Untuk memahami cara kerja fotokorimeter, sumber cahaya dalam alat tersebut memancarkan seberkas cahaya putih melalui dua buah lensa dan celah masuk kesuatu kisi difraksiyang pada gilirannya menyebarkan cahaya menjadi berkas-berkas horizontal dengan semua spectrum warna. Dari warna ungu dan ultra ungu (gelombang cahaya pendek) sampai pada warna merah (gelombang cahaya panjang). Spektrum cahaya jatuh pada layar gelap yang dilengkapi cahaya keluar. Hanya bagian spectrum yang kebetulan jatuh pada celah tersebut memasuki sampel yang akan menjadi berkas monokromatik. Panjang gelombang mana yang akan masuk melalui celah tersebut dapat diatur dengan menyesuaikan arah kisi difraksi melalui pemutaran tombol pengatur panjang gelombang alat tersebut.
Untuk mencatat optical density (OD) atau % transmitans digunakan galvanometer. Makin besar intensitas cahaya artunya semakin sedikit jumlah sel dalam suspensi. Sebelum digunakn alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untu menetapkan 100% T. setelah dikalibarasi maka kekeruhan sampel biakn dapat dibaca dengan menaruh tabung berisi biakan tersebut kedalm sampel alat tersebut. Melalui perhitungan, nilai %T kemudian diubah dan dinyatakan sebagai nilai absorbans (A) atau rapat optik (optikal density atau OD).
C.Alat dan Bahan
Alat :
1.tabung reaksi.
2.tabung fotokolorimeter.
3.pipet steril.
4.cawan Petri steril.
5.spektrofotometer.
6.mesin pengocok.
7.Bunsen.
Bahan :
1.kultur yeast.
2.media SDA steril.
3.air fisiologis.
4.alkohol.
5.kapas.
6.aluminium foil.
7.tissue.
D.Prosedur
  1. Menyiapkan 7 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml air fisiologi steril dengan label 10-1, 10-2,…10-7 untuk pengenceran.
  2. Mengocok suspensi biakan yeast yang OD (optical density) nya telah ditentukan yaitu 0,32.
  3. pipet 1 ml suspensi tersebut dan pindahkan ke tabung reaksi yang berlaber 10-1 kemudian kocok dengan mesin pengocok. Ulangi langkah tersebut sampai tabung reaksi 10-7.
  4. Memindahkan 1ml suspensi dari tabung reaksi 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7 ke dalam cawan Petri dengan label yang sama.
  5. Menuangkan media SDA ke dalam cawan Petri yang telah berisi biakan yeast tersebut.
  6. Menghomogenkan kemudian tunggu sampai padat.
  7. Meletakkan pada posisi terbalik dan menginkubasi pada suhu kamar selama 2 hari.
  8. mengamati pertumbuhan dengan menghitung populasi koloni yang muncul.
E. Hasil Pengamatan
Kelompok
OD Prediksi
OD Sebenarnya
Nilai Pengenceran
TPC
1
0.05
0.05
10-1
10-2
2307 X 102
10-3
577 X 103
10-4
79 X 104
2
0.1
0.11
10-2
3366 X 102
10-3
274 X 103
10-4
96 X 104
10-5
3 X 105
3
0.2
0.22
10-3
67 X 103
10-4
115 X 104
10-5
14 X 105
10-6
4 X 106
4
0.3
0.32
10-4
155 X 104
10-5
14 X 105
10-6
1 X 106
10-7
1 X 106
5
0.4
0.47
10-6
4 X 106
10-7
6 X 107
10-8
1 X 108
10-9
2 X 109
Tabel nilai adsorbansi dengan rata-rata jumlah koloni(30-300) :
Nilai adsorbansi (OD)
Jumlah Koloni
0,05
79X104
0,11
96X104
0,22
115X104
0,32
155X104
0,47
4X106
Panjang gelombang (λ) yang digunakan = 600 nm
F. Pembahasan
Kegiatan kali ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi biomassa bakteri yang viable dengan metode hitungan cawan (TPC) dan untuk penentuan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan spektrofotometer dan korelasinya terhadap hitungan sel Saccharomyces cerevisiae. Metode yang dapat dilakukan untuk memahami hal tersebut antara lain : penghitungan mikroskopis langsung, elektronik sel counter seperti misalnya Coulter counter, metode kimiawi untuk mengetahui massa sel atau penyusun seluler, pengukuran turbidimetri untuk peningkatan massa sel, dan penghitungan total koloni pada cawan yang menggunakan metode pengenceran seri-agar cawan.
Kami menggunakan rumus pengenceran N1 x V1 = N2 x V2 untuk mendapatkan nilai volume SDA pada OD awal (V1). Kami menggunakan volume total sebesar 10 ml untuk setiap OD yang yang diberikan
Dari hasil praktikum kami mendapatkan jumlah koloni yang mendekati 30 sampai 300, yaitu:
Nilai adsorbansi (OD)
Jumlah Koloni
0,05
79X104
0,11
96X104
0,22
115X104
0,32
155X104
0,47
4X106
Dari grafik kami mendapat nilai korelasi dari rata-rata jumlah koloni dengan nilai adsorbansi yaitu sebesar :
y = 1,5885x+5,7747 dan R2= 0,9279
Nilai koefisien determinan (R2) dari korelasi rata-rata jumlah koloni dengan nilai adsorbansi yang kami dapatkan mendekati angka 1 berarti mendekati tepat. Karena nilai keofisien determinasi (R2) yang tepat adalah 1.
Semakin banyak jumlah sel alam suspensi, makin besar intensitas cahaya yang lolos dan makin tinggi pula % transmitans yang tercatat.
Dalam praktikum ini terdapat kesalahan yang menyebabkan data tidak sempurna. Antara lain :
  1. Kurang telitinya praktikan dalam bekerja
  2. Kurang sterilnya alat
  3. Adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja praktikan
4. Keterbatasan waktu dalam melakukan praktikum
G. Kesimpulan
Nilai turbiditas dari suatu kultur mikroba Sacharomyces cereviceae dengan menggunakan spektrofotometer yaitu :
  1. Jumlah koloni bertambah pada setiap kenaikan OD,
Pada OD 0,05 rata-rata jumlah koloninya adalah 79X104
Pada OD 0,11 rata-rata jumlah koloninya adalah 96X104
Pada OD 0,22 rata-rata jumlah koloninya adalah 115X104
Pada OD 0,32 rata-rata jumlah koloninya adalah 155X104
Pada OD 0,47 rata-rata jumlah koloninya adalah 4X106
  1. Nilai regresi dan korelasi antara nilai adsorbansi masing-masing pengenceran dengan jumlah koloni masing-masing pengenceran adalah y = 1,5885x+5,7747 dan R2= 0,9279
H. Daftar Pustaka 
     Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : DjambatanHadioetomo, 
     Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
    Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press
    Volk & Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga

LOWONGAN KERJA PART TIME
Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji puluhan juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar. http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr