Wednesday 17 April 2013

Elephatiasis

Posted by Unknown on 03:44:00 with No comments

·         Pengertian Elephatiasis atau Filariasis
Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. Menurut info dari WHO, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit kaki gajah adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika. Belakangan banyak pula terjadi di negara Thailan dan Indonesia (Asia Tenggara).
·         Penularan  Elephatiasis
Ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tersjangkit penyakit ini. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut. Dan tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.
·         Gejala dan Penyebab
1.      Gejala akut yang dapat terjadi antara lain :

* Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
* Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
* Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
* Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
* Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

2.      Sedangkan gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Dan penyebab utama dari penyakit ini adalah lingkukan yang tidak bersih dan tatanan kota yang kotor, sehingga membuat banyak tempat perkembangbiakan nyamuk yang membawa penyakit.
Berikut gambar cacing dan bentuk organ tubuh manusia yang terserang penyakit Elephatiasis atau Filariasis (Kaki Gajah) :



 ·         Penanganan dan Pengobatan
Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita, sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.
Dietilkarbamasin {diethylcarbamazine (DEC)} adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat. Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.
Dietilkarbamasin tidak dapat dipakai untuk khemoprofilaksis. Pengobatan diberikan oral sesudah makan malam, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam 3 jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikanpada anak berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil/menyusui, dan penderita sakit berat atau
dalam keadaan lemah.
Namun pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
·         Pencegahan

Penyakit filariasis dapat dicegah dengan cara:

1. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan vector) misalnya dengan menggunakan kelambu bula akan sewaktu tidur

2. Menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar.

3. Mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara memberantas nyamuk (3M)

Friday 5 April 2013

TBC

Posted by Unknown on 17:16:00 with No comments

              PENGERTIAN TBC
Suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.  Menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit dapat diderita oleh setiap orang. Menyerang orang-orang yang berusia 15 – 35 tahun.
                ANATOMI PARU-PARU



Paru-paru yang letaknya pada rongga dada, menghadap tengah rongga dada atau kavum mediatinum yang dibungkus dengan pleura dan terdapat gelembung alveolus( ± 700.000.00 buah). Pleura ada dua :
*      Pleura visceral yaitu selaput paru yang lengsung membungkus paru-paru.
*      Pleura pariental yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.
Pembagian dari paru-paru terdiri dari :
Paru-paru kanan, terdiri dari : Lobus (gelambir) pulmo dekstra superior, Lobus medial, Lobus inferior. Mempunyai 10 segmet yaitu:
# 5 buah segment pada lobus pulmo desktra superior
# 2 buah segment pada lobus medialis
# 3 buah segment pada lobus inferior

Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Mempunyai 10 segment yaitu :
# 5 buah segment pada lobus superior, dan
# 5 buah segment pada inferior
Paru-paru orang TBC

                  MIKOBACTERIUM TUBERCULOSIS

ž  Bentuk : Batang ramping, lurus, agak bengkok, dan kedua ujungnya runcing.
ž  Tahan asam, bersifat garam (+).
ž  Tidak memiliki flagel, spora, dan kapsul.
ž  Memilki lapisan lilin yang mengandung asam mikolat dan sulit mengikat cat, dan apabila sudah mengikat cat sulit dilunturkan

                PATHOGENESIS
Penyakit ini dikendalikan respon imunitas diperantai sel efektor : makrofag & limfosit. Termasuk respon dari reaksi hipersensitifitas tipe IV. Infeksi primer : kuman terhirup masuk saluran nafas dan menuju paru-paru. Bertemu makrofag jaringan dan neutrofil. Sebagian mati karena difagosit makrofag, terkena secret makrofag dan terkena secret saluran nafas. Bila tidak difagosit oleh makrofag, akan tetap hidup karena kuman TB bersifat intraseluler.
M. tuberculosis adalah basil tahan asam karena memiliki banyak lipid yang membuatnya tahan terhadap asam, ganggunan kimia dan fisik. Kandungan Lipid yang banyak dalam makrofag, dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya. Setelah infeksi primer, ada beberapa kemungkinan :
  1. Infeksi ini akan sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
  2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotic, klasifikasi hilus.
  3. Kambuh kembali menjadi tuberculosis sekunder karena kuman yang dormat.
  4. Menimbulkan komplikasi dan menyebar baik dapat secara perkotinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen.
  5. CARA PENULARAN PENYAKIT TBC
    Menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Bakteri akan berkembang biak menjadi di paru-paru dan menyebar ke melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Maka infeksi TBC terjadi diseluruh organ tubuh seperti otak, ginjal, dan lainnya namun paling sering adalah paru-paru.
    Melalui reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant. Bentuk dormant yang terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Beberapa hal yang terjadi :
      Dengan sistem imun yang baik       kuman tetap berbentuk dormant.
      Dengan sistem imun yang kurang, bakteri berkembang     tuberkel bertambah                                             membentuk ruang dalam paru      menjadi sumber produksi sputum (dahak).
      Seseorang yang memproduksi sputum diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
    Meningkatnya penularan infeksi  disebabkan :
    *      memburuknya kondisi sosial ekonomi,
    *      
    Kurang optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,

    *      
      jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal

    *      Dan daya tahan tubuh yang 
    *      Jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC
    A.                       KLASIFIKASI TBC
    Klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan definisi kasus. Empat hal diperlukan untuk menentukan definisi kasus :
    ü  Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru
    ü  Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA negative
    ü  Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
    ü  Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat
    F.1 Klasifikasi  :
    ·       Menurut organ yang diserang :
    }  Tuberculosis Paru : menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. Menurut  pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu : BTA  (+) dan BTA (-)
    }  Tuberculosis Ekstra Paru: menyerang organ tubuh selain jaringan paru, seperti pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Menurut tingkat keparahan:
    a)   Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan, misal : TB kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
    b)  Tuberkulosis Ekstra Paru Berat, misal : meningitis,  perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
    F.2 TIPE PENDERITA
    a.       Kasus baru : penderita yang sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
    b.      Kambuh : pernah terapi TB dan dinyatakan sembuh, kembali berobat dengan hasil BTA (+).
    c.       Transfer in : pasien yang pindah tempat berobat satu tempat ke tempat lain.
    d.      Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hx px dahak BTA (+) putus berobat 2 bulan atau >.
    e.       Failute : pasien yang hx px  BTA (+)  atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan.
    f.        Lain-lain.
    g.                      Manifestasi Klinis
    a)      Gejala Umum : Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu / <
    b)     Gejala lain yang sering dijumpai :
    ü Dahak bercampur darah
    ü Batuk darah
    ü Sesak nafas dan rasa nyeri dada
    ü Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang < 1bln.
    H.                    Pemeriksaan
    Kondisi fisik : konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun, suara yang ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Pemeriksaan yang dijalankan :
      Pemeriksaan Rontgen  : menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut.
      Pemeriksaan laboratorium : LED 
      Penemuan BTA pada Dahak , bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC Paru.


    Pemeriksan sputum :
    Cara mengambil sample : penderita kumur mulut dulu sebelum mengeluarkan sputumnya. Sputum yang baik adalah sputum pagi. Pemeriksaan sputum meliputi :
    A.  Pemeriksaan Makroskopis :
    ž  Banyaknya sputum yang dikeluarkan ( Jumlah ) :
                Pada orang sehat tidak ditemukan, Pada penderita dipengaruhi oleh penyakit yang diderita dan stadium peyakit.  Jumlah yang besar : > 100ml/24 jam dan >500ml/24 jam ditemukan pada edema plumonum, abces paru-paru, bronchiectasi, tubercolusis pulmonum yang lanjut pada abces yang menembus paru-paru.
    ¢  Bau :
                Diuji pada keadaan segar, tiap macam sputum yang didiamkan lama akan berbau busuk. Bau busuk biasanya berasal dari : gangrena dan abces pulmonum.
    ¢  Warna
    Biasanya sesuai dengan stadium penyakitnya. Bila :
    ü  Warna abu-abu /kuning :  pus & sel epitel
    ü  Warna merah : pendarahan segar
    ü  Warna merah-coklat  : darah tua.
    ü  Warna hitam  : debu hitam yang masuk jalan pernapasaan

    ¢  Konsistensi: dipengaruhi oleh macam penyakitnya dan stadiumnya. Sputum sereus didapat pada edema pulmonum, bronchitis dan pneumonia lobaris. Selain itu, dilihat juga konsistensi campuran seperti seropurulent, sacopurulent, serohemoragik.
    ¢  Volume sputum dapat dilihat terjadinya lapisan-lapisan kalau sputum didiamkan: Atas lapisan berbusa, lapisan tengah lapisan cairna keruh, bawah lapisan tersusun sediment : pus, jaringan, kuman-kuman
    ¢  Unsur-unsur khusus, caranya tuangkan sputum ke cawan petri hingga menyusun lapisan tipis yang diteliti terhadap latar belakang hitam dengan memakai  lup. Perhatikan adanya :
    ü  Butir keju ; potongan-potongan kecil berwarna kuning yang berasal jaringan nekrotik, didapat pada tuberculosis pulmonum, gengrena, dan actinomycosis.
    ü  Uliran Curschman ; benang kuning berulir yang sering dilihat benang pusat didapat pada bronchiale.
    ü  Tuangan bronchi ; bahan tuangan itu adalah fibrin, besarnya itu tergantung dari besarnya bronchus tempat terbentuknya didapat pada bronchitis fibrinosa dan pneumonia.
    ü  Sumbatan Dittrich ; benda kuning-putih yang dibentuk dalam bronchi. Ditemukan pada ama bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi. Sumbatan dittrich tersusun dari sel-sel rusak, lemak dan bakteri. Dan sukar dibedakan dengan tuangan bronchi.
    B.   Pemeriksaan Mikroskopis sputum
    B.1 Dengan Sediaan  Natif : pilihlah sebagian dari sputum yang mengandung unsur-unsur, taruhlah diatas kaca objek gelas dan tutuplah dengan kaca penutup. Periksa dibawah mikroskop dengan pemebesaran 10X dan 40X  dan untuk pemeriksaan ini perhatiakan :
    1. Lekosit dan erytrosit
    2. Sel-sel yang mengandung pigment:
    a)      Heart  failure cell,  yaitu sel besar, berinti satu yang mengandung hemosiderin berupa butir kuning.  Cara kerja : pada sediaan teteskan 1 tetes larutan K ferrosianida, diamkan, tambahkan 1 tetes larutan HCl  5%, maka butir hemosiderin akan berwarna biru. Terdapat di kongesti paru-paru dan juga infarct paru-paru.
    b)     Sel-sel yang berisi karbon berbutir-butir, didapat pada anthracosis dan pada orang-orang yang banyak merokok.
    1. Serat elastic : serat halus, agak kuning, berombak-ombak dengan ujungnya terbelah. Menandakan parenchym paru-paru sedang dirombak. Cara kerjanya : sputum diencerkan dengan air terrlebih dahulu, tambahkan larutan NaOH 10-20% untuk mencairkan, kemudian bahan dipusing dan sediment diperiksa lagi.
    1. Kristal-kristal yang biasanya didapat Kristal Charcot-leyden, Kristal asam lemak, cholesterol, leucine, tyrosine dan hematoidin.
    2. Fungi, untuk memeriksaan ini  perlu dilakukan pembiakaan.
    3. Sel epitel, lekosit dan sel eosinofil lebih banyak dinyatakan dengan sediaan pulasaan.
    B.2 Dengan Sediaan Pulasaan : yang dipakai  Wright-Giemza, pulasan gram, dan pulasan terhadap kuman tahan asam. Untuk pemeriksaan gram lebih bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan larutan gram steril supaya kuman-kuman yang melekat hanya panda unsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Jika tidak hendak memakai  sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari bakteri tahan asam, carilah sebagian dari sputum itu yang terkeju atau purulent untuk dijadikan sediaan yang lebih tipis. Cara kerja :
    ¢  Masukkan 2-4 ml sputum dan  NAOH 4 % ke tabung centrifuge, homogenkan selama 5- 10 menit.
    ¢  Pusing selam 15-30 menit pada 3000 rpm
    ¢  Buang cairan atas dan tambah methly red pada sediment hingga menjadi warna merah.
    ¢  Netralkan sediment dengan HCl 2N dengan hati-hati dalam tabung hingga menjadi warna merah jambu kekuning-kuningan
    ¢  Kemudian pakai untuk membuat sediaan pulasaan.
    I.  Pengobatan tuberkulosis
    Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat.
    J.PERTANYAAN YANG DIAJUKAN
            I.            BAGIAN PERTAMA
    A.     Kenapa TBC banyak menyerang usia 15-35 tahun ?
    B.      Apa itu garis fibrotic dan jelaskan mekanismenya ?
    C.     Unsur-unsur khusus dalam mikroskopis ?
          II.            BAGIAN KEDUA
    A.     Mengapa pada TB paru, pleura tidak ikut terserang ?
    B.      Kenapa pengobatan harus selama 6-8 bulan dan intesif ?
    C.     Mengapa sebelum pemeriksaan sputum harus berkumur dulu dan apa hubungannya dengan pemeriksaan ?
        III.            BAGIAN KETIGA
    A.     Gejala apa yang timbul bila menyerang kulit, otak, paru, dan ginjal ?
    B.      Apa beda extrak paru berat dan paru ringan dilihat dari gejala dan tempatnya ?
    C.     Mengapa pada extrak paru ringan tidak menyerang tulang belakang sedangkan pada extrak paru berat menyerang tulang belakang, jelaskan ?
    K.              JAWABAN
            I.      Bagian pertama
    A.     Karena TBC biasanya banyak menyerang orang-orang pada usia produktif yaitu pada usia 15-35 tahun.
    B.     Garis fibrotk : garis halus yang terlihat pada foto rontgen, yang disebabkan oleh koman M.TBC yang ada dalam paru-paru.
    Mekanismenya : M. Tbc  dalam paru-paru bersifat dormant akan terlihat sebagai garis halus saat foto rontgen yang dinamakan garis fibrotik.
    C.     Butir keju ; potongan-potongan kecil berwarna kuning yang berasal jaringan nekrotik, didapat pada tuberculosis pulmonum, gengrena, dan actinomycosis.
    Uliran Curschman ; benang kuning berulir yang sering dilihat benang pusat didapat pada bronchiale.
    Tuangan bronchi ; bahan tuangan itu adalah fibrin, besarnya itu tergantung dari besarnya bronchus tempat terbentuknya didapat pada bronchitis fibrinosa dan pneumonia.
    Sumbatan Dittrich ; benda kuning-putih yang dibentuk dalam bronchi. Ditemukan pada ama bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi. Sumbatan dittrich tersusun dari sel-sel rusak, lemak dan bakteri. Dan sukar dibedakan dengan tuangan bronchi.

          II.Bagian kedua
    A.     Karena TB paru hanya menyerang organ pada jaringan paru sedangkan pleura hanya melapisi atau sebagai selaput paru-paru, sehingga pleura tidak ikut terserang.
    B.     M. Tbc itu dibagi menjadi empat
    C.     Berkumur sebelum mengeluarkan sputum tidak diwajibkan hal itu biasanya disaran agar mendapatkan sputum yang tidak bercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dalam mulut sehingga saat sputum diperiksa tidak menimbulkan kesalahan.
        III. Bagian ketiga
    A.     Gejala yang timbul dibagian kulit :
    Gejala yang timbul dibagian otak : maka akan timbul TB meningitis
    ü Gejala yang timbul dibagian paru : Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu / <, Dahak bercampur darah
    ü Batuk darah
    ü Sesak nafas dan rasa nyeri dada
    ü Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang < 1bln.
    Gejala yang timbul dibagian ginjal : bila diginjal kurang begitu spesifik.
    B.     Perbedaan ekstrak paru berat dan ekstrak paru ringan dilihat dari gejala dan tempatnya. Menurut tempatnya : bila kuman TB itu menyerang bagian tubuh yang sangat penting atau organ-organ vital maka akan termasuk dalam TB ekstrak paru berat seperti : meningitis,  perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin, sedangkan bila menyerang bagian tubuh selain organ-organ vital maka akan termasuk dalam TB ekstrak paru ringan seperti : TB kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. Menurut gejala sesuai dengan daerah atau organ yang diserang kuman TB tersebut.
    C.     Karena tulang belakang termasuk dalam bagian organ vital tubuh manusia sehingga termasuk dalam TB ekstrak paru berat bukan yang ringan. Dan sedangkan pada TB  ekstrak paru ringan yang diserang seperti tulang pada tangan, kaki, dan tulang lain kecuali tulang belakang tadi.

    Daftar Pustaka :
    ü Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.

    ü http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis

    ü Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI



CROSMATCH

Posted by Unknown on 16:55:00 with No comments

CROOSMATCH
       I.            Tujuan : untuk mengetahui darah donor compatibel atau incompatibel terhadap darah resipien.

    II.            Prinsip :
Crossmatch mayor : berisi plasma resipien dan sel darah merah donor.
Crostmacth minor : berisi plasma donor dan sel darah merah resipien.

 III.            Cara  kerja :
A.    FASE I (SALINE) :
Dilakukan dalam suhu kamar dan lingkungan saline( garam fisiologis)  mencari Ab komplit.
1)      Siapkan 2 tabung reaksi pendek (beri label “donor“ dan “resipien”).  Diisi masing-masing 2 tetes Na­2EDTA 10 % dan 2 ml darah vena.
2)      Lakukan pemeriksaan golongan darah.
3)      Kemudian pusing selama 15 menit pada 3000 rpm.
4)      Lakukan :
a.       Pisahkan plasma dengan endapan sel erytrosit menggunakn klini pipet.
b.      Endapan sel erytrosit “donor” dan “resipien” ditambah dengan NaCl 0,9% sama banyak. Pusing selama 5 menit dengan kecepatan 1000 rpm. Buang supernatant,
c.       Buat suspensi sel 5 % dari endapan sel erytrosit tersebut. Dengan cara: 1 tetes endapan sel erytrosit + 19 tetes NaCl 0,9%.
5)      Lakukan uji silang pada tabung serologi :
Tabung mayor : 2 tetes plasma resipien + 1 tetes suspensi donor.
Tabung minor :  2 tetes plasma donor  + 1 tetes suspensi resipien.
6)      Pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
7)      Baca Aglutinasi yang terjadi  :
(-) : tidak terjadi aglutinasi.
(+) : terjadi aglutinasi.
8)      Interprestasi Hasil :
Bila mayor dan minor tidak terjadi aglutinasi berarti compatibel,
Bila mayor dan minor terjadi aglutinasi berarti incompatibel,
Bila mayor terjadi aglutinasi sedangkan minor tidak terjadi aglutinasi berarti incompatibel, dan
Bila mayor tidak terjadi aglutinasi sedangkan minor terjadi aglutinasi berarti compatibel.
Tabel kecocokan  plasma
Resipien
Donor
O
A
B
AB
O
^^

^

^

A
x

^

x
^

B
x x

^

^

AB
x

x

x

Keterangan Tabel :
Darah O dapat ditransfusikan ke semua golongan darah,
Darah A hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah A dan AB,
Darah B hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah B dan AB, dan
Darah AB hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah AB.
CATATAN :
Jika fase saline (+) / incompatibel : tidak perlu dilanjutkan ke fase berikutnya.
Jika fase saline (-) / compatibel : lanjutkan ke fase berikutnya.

B.     FASE II ( ALBUMIN)
Dilakukan dalam suhu 37°C dan medium albuminutik mencari Ab inkomplit, missal: anti Rh.
1)      Dari tabung mayor ditambahkan 2 tetes reagen Bovine albumin.
2)      Dari tabung minor ditambahkan 2 tetes reagen Bovine albumin.
3)      Homogenkan, inkubasi pada 370 C selama 15 menit.
4)      Pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
5)      Jika hasil:
(+) criteria hasil = fase saline, yaitu :  (-) : tidak terjadi aglutinasi.
                                                              (+) : terjadi aglutinasi.
Bila hasil (+) tidak dapat ditansfusikan.
(-) : lanjutkan ke fase berikutnya.

C.     FASE III ( COOMBS)
Dilakukan untuk mengetahui adanya anti globulin serum untuk mencari antibody incomplete, misalnya LE yang belum didapat pada fase II
1)      Sisa endapan sel erytosit dari fase I dicuci dnegn NaCl 0,9 % sama banyak, pusing selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, supernatant dibuang dan lakukan hal yang sama sebanyak tiga kali.
2)      Supernatant dibuang tinggal endapan sel erytrosit, lakukan uji silang mayor dan minor dari suspensi yang baru tadi.
3)      Buat suspensi 5 % baru, dengan cara 1 tetes darah + 19 tetes NaCl 0,9%
4)      Tambahkan 2 tetes reagen Coombs.
5)      Pusing selam 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
6)      Baca hasil sama dengan pembacaan fase I.
7)      Kriteria hasil : (+) : terjadi aglutinasi.
                        (-) : tidak terjadi aglutinasi.
Pada fase coombs ada percobaan lain yaitu :
a.    Percobaan langsung ; untuk mendeteksi incomplete antibody yang mengkoagulasi erytrosit.  Indikasi untuk diagnosis :
o   HDN (Hemolytic Disease of Newborn),
o   AIHA (Autoimmune Hemolytic Anemia), 
o   Reaksi transfusi hemolitik, dan
o   Drug Induce Hemolytic Anemia
Cara kerja:
o   Masukkan 0,5 ml darah dalam tabung lalu lakukan pencucian dengan larutan NaCl sebanyak 4 kali berturut-turut.
o   Buat suspensi erytrosit yang tertinggal dalam tabung setelah pemusingan terakhir, dengan menambah sekian banyak larutan NaCl sampai suspensi erytrosit akan mempunyai nilai hematrokit 2%.
o   Masukkan dalam tabung serologi 2 tetes reagen coombs dan 1 tetes suspensi erytrosit tadi.
o   Homogekan dan inkubasi pada 370 C selama 30-60 menit.
o   Berhati-hatilah kocok tabung itu untuk melihat adanya aglutinasi; benarkan hasil observasi dengan mikroskop.
o   Jika negative lakukan pemusingan kembali selam 1 menit pada 1000 rpm.
b.               Percobaan tidak langsung : untuk mendeteksi antibodi Ig G incomplete yang terdapat di dalam serum penderita. Indikasi untuk diagnosis/deteksi:
o   Skrining antibody (digunakan untuk mengidentifikasikan antibodi pada wanita yang dapat membahayakan janinnya. Yang perlu dideteksi adalah Ig G dan Ig M. Hanya Ig G yang dapat membahayakan karena Ig M tidak menembus plasenta dan menyebabkan hemolisis janin) : deteksi Ab IgG, IgG anti Rh (D).
o   Deteksi terhadap varian Rh yang bereaksi lemah, antigen kell & duffy.
(antigen kell : Antigen Kell sistem (juga dikenal sebagai Kell-Cellano sistem) adalah sekelompok antigen pada permukaan sel darah merah manusia yang merupakan faktor penentu penting dari golongan darah dan target untuk penyakit autoimun atau alloimmune yang menghancurkan sel-sel darah merah. Sedangkan antigen duffy : Antigen Duffy terletak pada permukaan sel darah merah dan merupakan glikoprotein. Protein juga merupakan reseptor untuk malaria Plasmodium vivax parasit manusia).
o   Pada keadaan hipo Î³ globulinemia / a Î³ globulinemia
o   Cross matching
o   Untuk fenotife

Cara kerja:
o   Buatlah suspensi 2 % dari erytrosit normal bergolongan O dalam larutan garam,
o   Campurlah sama banyak dari suspensi tadi dengan serum yang diperiksa.
o   Inkubasi pada suhu 370 C selama 60 menit,
o   Lanjutkan dengan tindakan-tindakan yang sama seperti pada percobaan langsung.
o   Reaksi aglutinasi (penggumpalan) yang terjadi baik pada penetapan golongan darah (sistem ABO), Rh dan Cross-matching dapat diketahui sebagai berikut :

DISKUSI :
       I.            Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan ditransfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien.
    II.            Tujuan dari reaksi silang :
·         Memastikan dalam plasma resipien atau plasma donor tidak terdapat antibody yang reaktif terhadap erytrosit donor atau erytrosit resipien.
·         Menghindari reaksi transfusi hemolitik.
·         Memastikan efektivitas transfusi.

 III.            Catatan :
Macam –macam reaksi :
1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi
2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien.
Tahapan Reaksi Silang :
1. Reaksi silang saline
Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi  hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.
2. Reaksi silang albumin
Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine.
3. Reaksi silang coombs
Coombs test  : mendeteksi adanya antibodi di membran sel darah. Test ini tidak bisa membedakan antara membran antibodi resipien pada seldarah merah dengan membran antibodi donor pada sel darah merah. Jadi, inmemerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih terperinci pretransfusi pada keduaspesimen : pasien dan donor. Di inkubasi untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodidengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan.

 IV.            Jenis-jenis Antibodi
A.    Menurut Cara Pembentukannya:
·         Natural Antibodi (Ab) : Ab yang terdapat dalam tubuh individu secara alamiah tanpa adanya atimulasi antigen (Ag), biasanya Ig M seperti anti A dan anti B.
·         Immune Ab : Ab yang dibentuk sebagai akibat adanya rasangan Ag asing misalnya transfusi atau kehamilan, biasanya Ig G seperti anti D.
B.     Menurut Suhu Reaksi:
·         Cold Ab : Ab yang mempunyai reaksi optimal pada suhu dibawah 370 C (40-200 C). (Anti A dan B).
·         Warm Ab : reaksi optimal 370 C. (Immune Ab atau Ab inkomplit)

C.     Menurut Hasil Reaksi:
·         Aglutinin : Ab yang bila bercampur dengan Ag (sel/partikel) akan menyebabkan terjadinya aglutinasi.
·         Lisis : Ab yang bila bercampur dengan Ag (sel) akan menyebabkan terjadi reaksi lisis, reaksi memerlukan komplemen.
·         Sensitisasi : Ab inkomplit yang bercampur dengan Ag asing akan terjadi sensitisasi.
D.    Menurut Keadaan Reaksi :
·         Ab komplit : Ab yang dapat mengaglutinasi sel dalam medium saline.
·         Ab inkomplit : Ab yang tidak dapat mengaglutinasi sel dalam medium saline.
E.     Berdasarkan Sifat Kimiawi :
·         Antibodi lengkap, mempunyai sifat : dapat bereaksi dengan medium saline, tidak dapat melewati barier plasenta.
·         Antibodi tidak lengkap, mempunyai sifat : hanya bereaksi dalam suasana albumin, dapat melewati barier plasenta.
    V.      Antigen
Suatu substansi yang bila masuk ke dalam tubuh manusia/binatang akan merangsang pembentukan antibodi. Antigen golongan darah ABO disebut aglutinogen, misalnya : Ag A dan Ag B. Aglutinogen terdapat di permukaan erytrosit. Terdapat dua macam yaitu : Ag A dan Ag B ( 4 macam golongan darah ). Susunan kimia :
·         Lipoprotein – gula-gula + Fucone -----> Ag N.
·         Ag N + N-acetly galactosasine -----> Ag A.
·         Ag N + galactose ------------> Ag B.
 VI.         Reaksi-reaksi yang terjadi
A.    Positif palsu :
·         Adanya antiserum dari anti human species antibody,
·         Cold aglutinin,
·         Kontaminasi kuman,
·         Pencucian kurang bersih,
·         Adanya pengeringan, silica, metal dan bahan-bahan kimia
B.     Negatif palsu :
·         Inkubasi tidak cukup,
·         Pengenceran tidak benar,
·         Antigen lemah

DAFTAR PUSTAKA
o   Buku Gandasubrata hal 60, uji silang