Friday 5 April 2013

CROSMATCH

Posted by Unknown on 16:55:00 with No comments

CROOSMATCH
       I.            Tujuan : untuk mengetahui darah donor compatibel atau incompatibel terhadap darah resipien.

    II.            Prinsip :
Crossmatch mayor : berisi plasma resipien dan sel darah merah donor.
Crostmacth minor : berisi plasma donor dan sel darah merah resipien.

 III.            Cara  kerja :
A.    FASE I (SALINE) :
Dilakukan dalam suhu kamar dan lingkungan saline( garam fisiologis)  mencari Ab komplit.
1)      Siapkan 2 tabung reaksi pendek (beri label “donor“ dan “resipien”).  Diisi masing-masing 2 tetes Na­2EDTA 10 % dan 2 ml darah vena.
2)      Lakukan pemeriksaan golongan darah.
3)      Kemudian pusing selama 15 menit pada 3000 rpm.
4)      Lakukan :
a.       Pisahkan plasma dengan endapan sel erytrosit menggunakn klini pipet.
b.      Endapan sel erytrosit “donor” dan “resipien” ditambah dengan NaCl 0,9% sama banyak. Pusing selama 5 menit dengan kecepatan 1000 rpm. Buang supernatant,
c.       Buat suspensi sel 5 % dari endapan sel erytrosit tersebut. Dengan cara: 1 tetes endapan sel erytrosit + 19 tetes NaCl 0,9%.
5)      Lakukan uji silang pada tabung serologi :
Tabung mayor : 2 tetes plasma resipien + 1 tetes suspensi donor.
Tabung minor :  2 tetes plasma donor  + 1 tetes suspensi resipien.
6)      Pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
7)      Baca Aglutinasi yang terjadi  :
(-) : tidak terjadi aglutinasi.
(+) : terjadi aglutinasi.
8)      Interprestasi Hasil :
Bila mayor dan minor tidak terjadi aglutinasi berarti compatibel,
Bila mayor dan minor terjadi aglutinasi berarti incompatibel,
Bila mayor terjadi aglutinasi sedangkan minor tidak terjadi aglutinasi berarti incompatibel, dan
Bila mayor tidak terjadi aglutinasi sedangkan minor terjadi aglutinasi berarti compatibel.
Tabel kecocokan  plasma
Resipien
Donor
O
A
B
AB
O
^^

^

^

A
x

^

x
^

B
x x

^

^

AB
x

x

x

Keterangan Tabel :
Darah O dapat ditransfusikan ke semua golongan darah,
Darah A hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah A dan AB,
Darah B hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah B dan AB, dan
Darah AB hanya dapat ditransfusikan ke golongan darah AB.
CATATAN :
Jika fase saline (+) / incompatibel : tidak perlu dilanjutkan ke fase berikutnya.
Jika fase saline (-) / compatibel : lanjutkan ke fase berikutnya.

B.     FASE II ( ALBUMIN)
Dilakukan dalam suhu 37°C dan medium albuminutik mencari Ab inkomplit, missal: anti Rh.
1)      Dari tabung mayor ditambahkan 2 tetes reagen Bovine albumin.
2)      Dari tabung minor ditambahkan 2 tetes reagen Bovine albumin.
3)      Homogenkan, inkubasi pada 370 C selama 15 menit.
4)      Pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
5)      Jika hasil:
(+) criteria hasil = fase saline, yaitu :  (-) : tidak terjadi aglutinasi.
                                                              (+) : terjadi aglutinasi.
Bila hasil (+) tidak dapat ditansfusikan.
(-) : lanjutkan ke fase berikutnya.

C.     FASE III ( COOMBS)
Dilakukan untuk mengetahui adanya anti globulin serum untuk mencari antibody incomplete, misalnya LE yang belum didapat pada fase II
1)      Sisa endapan sel erytosit dari fase I dicuci dnegn NaCl 0,9 % sama banyak, pusing selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, supernatant dibuang dan lakukan hal yang sama sebanyak tiga kali.
2)      Supernatant dibuang tinggal endapan sel erytrosit, lakukan uji silang mayor dan minor dari suspensi yang baru tadi.
3)      Buat suspensi 5 % baru, dengan cara 1 tetes darah + 19 tetes NaCl 0,9%
4)      Tambahkan 2 tetes reagen Coombs.
5)      Pusing selam 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
6)      Baca hasil sama dengan pembacaan fase I.
7)      Kriteria hasil : (+) : terjadi aglutinasi.
                        (-) : tidak terjadi aglutinasi.
Pada fase coombs ada percobaan lain yaitu :
a.    Percobaan langsung ; untuk mendeteksi incomplete antibody yang mengkoagulasi erytrosit.  Indikasi untuk diagnosis :
o   HDN (Hemolytic Disease of Newborn),
o   AIHA (Autoimmune Hemolytic Anemia), 
o   Reaksi transfusi hemolitik, dan
o   Drug Induce Hemolytic Anemia
Cara kerja:
o   Masukkan 0,5 ml darah dalam tabung lalu lakukan pencucian dengan larutan NaCl sebanyak 4 kali berturut-turut.
o   Buat suspensi erytrosit yang tertinggal dalam tabung setelah pemusingan terakhir, dengan menambah sekian banyak larutan NaCl sampai suspensi erytrosit akan mempunyai nilai hematrokit 2%.
o   Masukkan dalam tabung serologi 2 tetes reagen coombs dan 1 tetes suspensi erytrosit tadi.
o   Homogekan dan inkubasi pada 370 C selama 30-60 menit.
o   Berhati-hatilah kocok tabung itu untuk melihat adanya aglutinasi; benarkan hasil observasi dengan mikroskop.
o   Jika negative lakukan pemusingan kembali selam 1 menit pada 1000 rpm.
b.               Percobaan tidak langsung : untuk mendeteksi antibodi Ig G incomplete yang terdapat di dalam serum penderita. Indikasi untuk diagnosis/deteksi:
o   Skrining antibody (digunakan untuk mengidentifikasikan antibodi pada wanita yang dapat membahayakan janinnya. Yang perlu dideteksi adalah Ig G dan Ig M. Hanya Ig G yang dapat membahayakan karena Ig M tidak menembus plasenta dan menyebabkan hemolisis janin) : deteksi Ab IgG, IgG anti Rh (D).
o   Deteksi terhadap varian Rh yang bereaksi lemah, antigen kell & duffy.
(antigen kell : Antigen Kell sistem (juga dikenal sebagai Kell-Cellano sistem) adalah sekelompok antigen pada permukaan sel darah merah manusia yang merupakan faktor penentu penting dari golongan darah dan target untuk penyakit autoimun atau alloimmune yang menghancurkan sel-sel darah merah. Sedangkan antigen duffy : Antigen Duffy terletak pada permukaan sel darah merah dan merupakan glikoprotein. Protein juga merupakan reseptor untuk malaria Plasmodium vivax parasit manusia).
o   Pada keadaan hipo γ globulinemia / a γ globulinemia
o   Cross matching
o   Untuk fenotife

Cara kerja:
o   Buatlah suspensi 2 % dari erytrosit normal bergolongan O dalam larutan garam,
o   Campurlah sama banyak dari suspensi tadi dengan serum yang diperiksa.
o   Inkubasi pada suhu 370 C selama 60 menit,
o   Lanjutkan dengan tindakan-tindakan yang sama seperti pada percobaan langsung.
o   Reaksi aglutinasi (penggumpalan) yang terjadi baik pada penetapan golongan darah (sistem ABO), Rh dan Cross-matching dapat diketahui sebagai berikut :

DISKUSI :
       I.            Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan ditransfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien.
    II.            Tujuan dari reaksi silang :
·         Memastikan dalam plasma resipien atau plasma donor tidak terdapat antibody yang reaktif terhadap erytrosit donor atau erytrosit resipien.
·         Menghindari reaksi transfusi hemolitik.
·         Memastikan efektivitas transfusi.

 III.            Catatan :
Macam –macam reaksi :
1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi
2. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien
Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien.
Tahapan Reaksi Silang :
1. Reaksi silang saline
Tes ini untuk menilai kecocokan antibody alami dengan antigen eritrosit antara donor dan resipien, sehingga reaksi transfusi  hemolitik yang fatal bisa dihindari. Tes ini juga dapat menilai golongan darah.
2. Reaksi silang albumin
Tes ini untuk mendeteksi antibody anti-Rh dan meningkatkan sensitivitas tes antiglobulin dengan menggunakan media albumin bovine.
3. Reaksi silang coombs
Coombs test  : mendeteksi adanya antibodi di membran sel darah. Test ini tidak bisa membedakan antara membran antibodi resipien pada seldarah merah dengan membran antibodi donor pada sel darah merah. Jadi, inmemerlukan suatu pemeriksaan ulang yang lebih terperinci pretransfusi pada keduaspesimen : pasien dan donor. Di inkubasi untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodidengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan.

 IV.            Jenis-jenis Antibodi
A.    Menurut Cara Pembentukannya:
·         Natural Antibodi (Ab) : Ab yang terdapat dalam tubuh individu secara alamiah tanpa adanya atimulasi antigen (Ag), biasanya Ig M seperti anti A dan anti B.
·         Immune Ab : Ab yang dibentuk sebagai akibat adanya rasangan Ag asing misalnya transfusi atau kehamilan, biasanya Ig G seperti anti D.
B.     Menurut Suhu Reaksi:
·         Cold Ab : Ab yang mempunyai reaksi optimal pada suhu dibawah 370 C (40-200 C). (Anti A dan B).
·         Warm Ab : reaksi optimal 370 C. (Immune Ab atau Ab inkomplit)

C.     Menurut Hasil Reaksi:
·         Aglutinin : Ab yang bila bercampur dengan Ag (sel/partikel) akan menyebabkan terjadinya aglutinasi.
·         Lisis : Ab yang bila bercampur dengan Ag (sel) akan menyebabkan terjadi reaksi lisis, reaksi memerlukan komplemen.
·         Sensitisasi : Ab inkomplit yang bercampur dengan Ag asing akan terjadi sensitisasi.
D.    Menurut Keadaan Reaksi :
·         Ab komplit : Ab yang dapat mengaglutinasi sel dalam medium saline.
·         Ab inkomplit : Ab yang tidak dapat mengaglutinasi sel dalam medium saline.
E.     Berdasarkan Sifat Kimiawi :
·         Antibodi lengkap, mempunyai sifat : dapat bereaksi dengan medium saline, tidak dapat melewati barier plasenta.
·         Antibodi tidak lengkap, mempunyai sifat : hanya bereaksi dalam suasana albumin, dapat melewati barier plasenta.
    V.      Antigen
Suatu substansi yang bila masuk ke dalam tubuh manusia/binatang akan merangsang pembentukan antibodi. Antigen golongan darah ABO disebut aglutinogen, misalnya : Ag A dan Ag B. Aglutinogen terdapat di permukaan erytrosit. Terdapat dua macam yaitu : Ag A dan Ag B ( 4 macam golongan darah ). Susunan kimia :
·         Lipoprotein – gula-gula + Fucone -----> Ag N.
·         Ag N + N-acetly galactosasine -----> Ag A.
·         Ag N + galactose ------------> Ag B.
 VI.         Reaksi-reaksi yang terjadi
A.    Positif palsu :
·         Adanya antiserum dari anti human species antibody,
·         Cold aglutinin,
·         Kontaminasi kuman,
·         Pencucian kurang bersih,
·         Adanya pengeringan, silica, metal dan bahan-bahan kimia
B.     Negatif palsu :
·         Inkubasi tidak cukup,
·         Pengenceran tidak benar,
·         Antigen lemah

DAFTAR PUSTAKA
o   Buku Gandasubrata hal 60, uji silang

Categories:

0 comments:

Post a Comment