BAB I
KASUS
BOYOLALI — Makanan yang disajikan dalam pesta hajatan mantu pasangan
Sardi-Parinem di Dukuh Recosari RT 003/RW 011, Desa Kiringan, Kecamatan
Boyolali, Minggu (3/3/2013), positif mengandung bakteri, jamur dan kuman.
Sebelumnya,
sebanyak 50
warga Desa Kiringan mengalami gejala keracunan makanan setelah mengkonsumsi makanan hajatan. Pihak
katering dari Dukuh Ngenden, Desa Gentan, Kecamatan Baki, Sukoharjo bertanggung
jawab menanggung seluruh biaya pengobatan korban.
Hasil
penyelidikan yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah menyebutkan dari sampel makanan yang dibawa ke laboratorium,
sumber penyebab keracunan makanan berasal dari jagung, kacang
polong, wortel, daging cincang, bola daging dan tahu cetak.
Meskipun
positif mengandung mikroorganisme serta kuman, namun indikasi penyebab
keracunan makanan dari unsur kimia tidak ditemukan pada bahan makanan olahan
katering tersebut.
Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Yulianto Prabowo, ketika ditemui
Solopos.com di kantornya, Jumat (5/4/2013), menjelaskan maraknya kasus
keracunan makanan yang menimpa warga Boyolali belakangan ini erat kaitannya
dengan persoalan higienitas dan sanitasi.
“Agar
tidak ada kejadian lain, pengolahan makanan harus betul-betul diperhatikan.
Harus higienis, bahan makanan yang digunakan berkualitas dan bisa memenuhi
kaidah sterilisasi. Yang tak kalah penting, pengolahan harus benar agar tidak
tercemar bakteri, kimia dan lingkungan sekitar,” terangnya.
Menurut
Yulianto, pihaknya akan terus menggalakkan promosi kesehatan kaitannya dengan
perilaku hidup bersih dan sehat agar kesadaran higienis masyarakat bisa
terbangun.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengantar
Ada
beberapa alasan mengapa pentingnya mikroorganisme dalam bahan makanan ialah :
- Adanya
mikroorganisme, terutama jumlah dan macamnya, dapat menentukan taraf mutu
bahan makanan.
- Mereka
dapat mengakibatkan kerusakan pangan.
- Beberapa
diantaranya digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.
- Miroorganisme
digunakan sebagai bahan makanan atau makanan tambahan bagi manusia dan
hewan.
- Beberapa
penyakit dapat berasal dari makanan.
Mikroorganisme ini juga sebagai
indikator mutu, kandungan mikroorganisme suatu spesimen pangan dapat memberikan
keterangan yang mencerminkan mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada
pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya.
Kebanyakan bahan makanan merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan banyak macam mikroorganisme. Pada keadaaan fisik
yang menguntungkan, terutama pada kisaran suhu 70 sampai 600
C, organisme akan tumbuh dan menyebabkan terjadinya peubahan dalam hal
penampilan, rasa, bau, serta sifat-sifat lain pada bahan makanan.
- Bakteri
Pada Makanan
Semua
makhluk hidup membutuhkan makanan, sebagai sumber tenaga kita dari mulai nasi,
buah-buahan, sayuran, daging, lauk-pauk, dan sebagainya. Makanan sangat disukai
manusia, yang pada umumnya juga disukai mikroorganisme.
Dengan
demikian mikroorganisme merupakan saingan bagi manusia. Pasti ada virus, jamur,
maupun bakteri pada makanan mentah dan makanan yang sudah dimasak. Untuk
makanan mentah sudah sewajarnya manusia akan mengolah makanan itu agar dapat
dimakan dan tidak menimbulkan sakit bagi manusia sendiri. Dan banyak cara yang
dilakukan manusia untuk mengolah makanan tersebut.
Bila
makanan telah dihinggapi mikroorganisme akan mengalami penguraian nilai gizi
makanan berkurang serta kelezatannya, bahkan makanan yang telah dalam keadaan
terurai dapat menyebabkan sakit sampai mati bila ada orang yang memakan makanan
itu.
Mikroorganisme
yang sering ditemukan dalam makanan kita beragam spesiesnya, mikroorganisme ini
tidak hanya hinggap pada makanan mentah atau yang sudah dimasak dalam makanan
kaleng kita dapat menemui mikroorganisme yang merugikan bagi tubuh kita,
berikut mikroorganisme sebagai peracunan makanan kita :
a.
Staphylococcus
Pada
dasarnya bakteri Staphylococcus
merupakan flora normal pada manusia, tetapi dapat pathogen bila dalam jumlah
banyak dan lokasi asing. Selain itu bakteri ini dapat meracuni manusia melalui
makanan contohnya selada kentang. Selada kentang yang terkontaminasi bakteri Staphylococcus yang melepaskan toksin ke
selada kentang yang telah terpapar sinar matahari selama 3-4 jam sebelum kita
makan, toksin ini akan menimbulkan reaksi hebat yang terjadi di dalam saluran
pencernaan. Dan sifat dari toksin yang dikeluarkan Staphylococcus sangat stabil terhadap panas, jadi sulit untuk
dihancurkan walaupun selada kentang sudah dimasak. Toksin ini akan bereaksi 2
sampai 4 jam kita memakan selada kentang. Satu contoh lagi Staphylococcus
aureus, dari semua jenis
makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan, baik dalam bentuk ataupun hasil
olahannya. Juga banyak ditemukan pada berbagai jenis sayuran
b. Bacillus
cereus
Bacillus
cereus ini terdapat
pada bahan makanan terutama
berbagai jenis biji-bijian (padi, gandum, jagung, kacang dll), daging, ramuan
bumbu dan makanan yang dikeringkan. Bacillus
cereus ini memiliki dua toksin yang menyebabkan keracunan,
yang kedua toksin tersebut stabil
terhadap panas. Bacillus cereus
memliki spora yang tidak mati selama dimasak dan spora ini dapat tumbuh bila bahan
makanan tidak diawetkan.
c. Colstridium
botulinum
Ada di semua bahan
makanan dari daging dan ikan, terutama yang sudah diawetkan melalui pengalengan
dan kemasan tertutup rapat. Memiliki toksin yang sangat fatal bila tertelan, toksin itu terbentuk sebelumnya, yang dihasilkan oleh bakteri ini sewaktu dalam
makanan. Clostridium botulinum pada
sporanya memiliki sifat tahan terhadap panas. Bila manusia terinfeksi
bakteri ini melalui makanan, maka masa
inkubasi setelah terinfeksi sekitar 18-36 jam dan menimbulkan mual dan muntah-muntah, kesulitan menelan, penglihatan
yang kabur, kelumpuhan beberapa otot serta kematian.
d. Vibrio Parahaemolyticus
Terdapat pada bahan
makanan hasil laut dan olahannya terutama kepiting, udang ikan, kerang rajungan
dan sebagainya.
e. Esherichia Coli
Terdapat di hampir
semua jenis bahan makanan baik yang berasal dari tanaman (sayur, buah maupun
hasil pertanian lain) ayau pun hewan (daging, susu dll).
f.
Camphylobacter
Banyak ditemukan pada
susu mentah, daging ayam dan unggas lainnya
Selain ada
mikroorganisme yang peracunan makanan, ada juga mikroorganisme yang mengkontaminasi makanan diantaranya adalah :
A) Salmonella
Bisa menginfeksi manusia biasanya bakteri Salmonella mengkontaminasi makanan atau
melalui tangan sebagai perantara dalam pemindahan Salmonella dari sumber infeksi. Bila seseorang memakan makanan yang
terkontaminasi Salmonella akan timbul
gejala sakit kepala, sakit perut mual dan diare setelah masa inkubasi 10-28 jam
setelah tertelan.
B)
Clostridium Perfringens
Banyak terdapat pada
daging mentah, ikan mentah, sayuran, ramuan bumbu serta makanan yang sudah
diolah. Bakteri ini hanya sedikit mengeluarkan toksin sehingga
gejala-gejala keracunannya tidak sepenuhnya diketehui. Makanan yang terkontaminasi
bakteri tertelan sampai di usus akan membentuk spora dan hanya pada waktu
pembentukan endospora dalam usus itu toksin peracunan makanan diproduksi.
Lagi-lagi sifat dari endospora ini tahan terhadap panas, cara memasak biasanya
pun sulit memusnahkan bakteri tersebut.
Masih ada
satu lagi mikroorganisme yang dapat menimbulkan keracunan makanan yaitu
Pseudomonas cocovenenans. Bakteri ini banyak ditemukan dalam tempe yang lebih
dikenal dengan tempe bongkrek. Semua pembuatan tempe menggunakan jamur seperti
jamur Phycomycetes, terutama spesies tertentu dari genus Rhizopus atau genus
Mucor. Tetapi untuk tempe bongrek ini selain ditambahkan jamur juga ditambahkan
ampas kelapa. Bila pembuatan tempe ini tidak sempurna maka akan keluar racun
yang didapat dalam bongkrek yang disebut asam bongkrek, yang dihasilkan bakteri
Pseudomonas cocovenenans. Kejadian keracunan asam bongkrek ini banyak ditemukan
di provinsi Jawa Tengah.
- Pengendalian
mikroorganisme dalam bahan makanan
Sebagian besar bahan makanan akan segera
dirombak atau dirusak oleh mikroorganisme bila didiamkan pada suhu kamar,
kecuali bila diawetkan. Metode-metode modern pengawetan bahan makanan
menggunakan proses-proses primitif yang sudah amat diperbaiki, seperti
pengasinan, pengeringan dan pengasapan, disamping itu juga teknik-teknik yang
lebih baru. Metode-metode pengawetan bahan makanan dapat dirangkunkan sebagai
berikut :
1. Penangan
aseptis, contohnya selalu menjaga agar mikroorganisme perusak tidak mencemari
bahan makanan untuk mengurangi kerusakan makanan, memudahkan pengawetan dan
memperkecil kemungkinan adanya bakteri patogen.
2. Penyingkiran
mikroorganisme, cairan yang dipaksa lewat dengan tekanan positif atau negatif
melalu saringan “tipe bakteri” yang steril dapat digunakan untuk menjernihkan
zat alir serta menyingkirkan mikroorganisme. Ini adalah metode yang digunakan
terhadap bir, makanan lunak, sari buah, anggur dan air.
3. Suhu
tinggi, metode paling aman dan paling dapat diandalkan, biasanya untuk
memusnahkan mikroorganime yang ada pada produk makanan kaleng, botol, atau
tipe-tipe wadah lain yang membatasi masuknya mikroorganisme seteleh pengolahan.
Contoh dengan suhu tinggi seperti : pendidihan, uap bertekanan, dan
pasteurisasi. Organisme terpenting yang harus dimushankan dari makanan kaleng
adalah Clostridium botulinum dengan cara uap bertekanan paling efektif
untuk mematikan semua sel vegetatif dan spora.
4.
Suhu rendah, suhu 00 atau
lebih rendah dapat menghambat pertumbuhan dan kegiatan metabolik mikroorganisme
untuk jangka waktu lama. Metode pembekuan yang paling memuaskan dengan
menggunakan suhu minus 320 C atau lebih rendah lagi. Karena kristel
es yang terbentuk berukuraan lebih kecil dan struktur sel dalam bahan makanan
tidak rusak. Pertumbuhan bakteri penyebab peracunan makanan (Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus
dan Salmonella) dapat dicegah pada suhu 5,50C atau lebih
rendah.
5.
Dehidrasi, dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme tetapi tidak selalu terbunuh.
Pertumbuhan semua organisme dapat dicegah dengan cara mengurangi kelembapan
lingkungannya sampai di bawah titik kritis.
6.
Meningkatkan tekanan osmotik, air akan
menarik keluar dari sel mikroorganisme bila sel tersebut dimasukkan ke dalam
yang mengandung sejumlah besar substansi
terlarut seperti gula pekat atau larutan garam. Maka, sel tersebut akan
mengalami dehidrasi, metabolisme terhenti, dan dengan demikian memperlambat
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Dengn tekanan osmotik yang tinggi
dapat menghambat pertumbuhan, tetapi tidak dapat diandalkan untuk membunuhnya.
7.
Bahan kimia, bahan makanan ditambahkan
seperti asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat, yang ke semuanya
merupakan asam organik. Asam sorbat dan propionat yang digunakan untuk
mengambat pertumbuhan kapang pada roti. Nitrat dan nitrit, yang dipergunakan
untuk mengawetkan daging untuk menghambat pertumbuhan beberapa bakteri anaerobik,
terutama Clostidium botulinum (tetapi
tidak dianjurkan karena nirit bersifat karsinogenik). Bahan makana yang dibuat melalui proses fermentasi,
seperti sayur asin, acar, dan makanan ternak yang difermentasi, menjadi awet
terutama karena dihasilkannya asam asetat, laktat dan propionat selama
berlangsungnya proses fermentasi oleh mikroba.
8.
Radiasi, dapat menggunakan sinar
ultaviolet dan sinar gamma. Sinar ultaviolet digunakan untuk mengurangi atau
menonaktifkan mikroorganisme, terutama kapang, yang terdapat dalam udara ruang
penyimpanan serta ruang pengemasan perusahaan roti, kue dan daging.
- Pemeriksaan
bahan makanan secara baktreiologis
Pemeriksaan
mikrobiologis untuk pemeriksaan bahan makanan memanfaatkan teknik-teknik
mikroskopis dan metode-metode pembiakan. Bermacam-macam media selektif dan
diferentsial diguakan secara ekstensif untuk memudahkan isolasi dan
penghitungan tipe-tipe mikroorganisme tertentu. Macam pemeriksaan yang
dilakukan ditentukan oleh tipe produk pangan yang akan diperiksa dan tujuan
pemeriksaaan.
Berbagai
prosedur dan teknik yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologis terhadap
spesiemen makanan disajikan secara skematis sebagai berikut.
Namun,
menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia dalam jurnalnya ISSN
1829-9334 dalam jurnal menjelaskan bahwa sampel makanan yang sudah siterima
segera dilakukan pemeriksaan. Sampel makanan yang sudah didinginkan dan mudah
rusak harus dianalisa paling lambat 36 jam sesudah pengambilan sampel. Untuk
pemeriksaan mikrobiologis pada makanan dipersyaratkan secara umum :
1.
Uji
Angka Lempeng Total
2.
Uji
Angka Kapang Khamir
3.
Uji
Angka Bakteri termofilik
4.
Uji
Angka Bakteri pembentuk spora
5.
Uji
Angka bakteri an-aerob
6.
Uji
Angka Staphylococcus aureus
7.
Uji
Angka Clostridium perfringens
8.
Uji
Angka Enterococcus
9.
Uji
Angka Bacillus cereus
10. Uji Angka Enterobacteriaceae
11. Uji MPN Coliform
12. Uji MPN Fekal Coliform
13. Uji MPN Escherichia coli
14. Uji Angka Escherichia coli
15. Identifikasi
Escherichia coli
16. Identifikasi
Staphylococcus aureus
17. Identifikasi
Salmonella
18. IdentifikasiShigella
19. Identifikasi Bacillus cereus
20. Identifikasi
Streptococcus faecalis
21. Identifikasi Vibrio cholerae
22. Identifikasi Vibrio parahaemolyticus
23. Identifikasi Clostridium perfringens
24. Identifikasi Listeria monocytogenes
25. Identifikasi Campylobacter jejun
Serta ada 2
metode yang diterapkan yaitu Metode Kuantitatif dan Metode Kualitatif. Metode
kuantitatif sendiri digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada
suatu sampel, umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling
Mungkin atau Most Probable Number (MPN).
Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob
mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual dan dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam
koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100ml.
Pada metode
kualitatif dilakukan perbanyakan ( enrichment pengkayaan) terlebih dahulu dari
sel mikroba yang umumnya dalam jumlah yang sangat sedikit dan bahkan
kadang-kadang dalam kondisi lemah. Ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
tahap pengkayaan (enrichment), tahap isolasi pada media selektif, tahap
identifikasi dengan reaksi biokimia, dan dilanjutkan dengan analisa antigenik
atau serologi atau immunologi dan bila diperlukan dapat juga dilakukan identifikasi DNA bakteri
dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
- Analisa
kasus
Dari kasus diatas sumber
penyebab keracunan makanan berasal dari jagung, kacang polong, wortel,
daging cincang, bola daging dan tahu cetak. Jadi,
bakteri yang ditemukan bisa jadi Bacillus cereus pada jagung maupun kacang polong. Bila kacang polong dibeli dalam bentuk
kalengan bakteri yang ditemukan Colstridium botulinum. Untuk
daging sendiri kemungkinan bakteri yang ditemukan Esherichia Coli, Staphylococcus aureus, Camphylobacter.
Sedangkan tahu bisa jadi dari ragi yang ditambahkan dalam pembuatan tahu.
Selain bakteri-bakteri diatas seharusnya kita berhati-hati dalam mengolah bahan makanan yang akan kita masak, apalagi bila itu
untuk pesta harus diperhatikan baik-baik. Selain itu
juga harus diperhatikan cara pengolahan, penyimpanan maupun saat makanan dihidangkan.
BAB III
KESIMPULAN
Ditinjau
dari kasus diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Di
dalam produk makanan dapat terkontaminasi berbagai macam mikroorganisme, antara
lain virus, jamur, maupun bakteri. Adanya kontaminasi dari berbagai macam
mikroorganisme disebabkan oleh mutu bahan mentahnya, keadaan sanitasi pada
pengolahan pangan tersebut, serta keefektifan metode pengawetannya. Bakteri
dalam makanan dapat digolongkan sebagai bakteri peracun dan bakteri
pengkontaminasi. Diantara spesies-spesies bakteri terdapat bakteri yang dapat
mengakibatkan efek buruk jika tanpa sengaja termakan oleh manusia. Sebagian
besar spesies bakteri pengkontaminasi makanan memiliki spora yang sulit untuk
dimusnahkan, perlu dilakukan beberapa cara untuk mengendalikan mikroorganisme
pada makanan, seperti penangan aseptis, penyingkiran mikroorganisme, suhu
tinggi, suhu rendah, meningkatkan tekanan osmotik, bahan kimia, radiasi. Untuk
mengidentifikasi adanya mikroorganisme ( khusunya bakteri ) dapat dilakukan
dengan perhitungan angka kuman metode Serial Dilusi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bakteri dalam
makanan, http://halamanputih.wordpress.com/tag/bakteri-penyebab-keracunan/ Diunduh pada 26 April 2013, pukul 12:31 WIB.
2.
Dwidjose, Putro.
1984. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta
: Djambatan.
3.
Pelczar, M.J.
1984. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta
: Universitas Indonesia (UI-Press)
4.
Volk and
Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar Ed
ke-5. Jakarta : Erlangga.
- Keracunan Boyolali : Makanan
di Desa Kiringan Positif Kandung Bakteri, Jamur dan Kuman, http://www.solopos.com/2013/04/05/keracunan-boyolali-makanan-di-desa-kiringan-positif-kandung-bakteri-jamur-dan-kuman-394077 Diunduh pada 25 April 2013.
- InfoPOM.
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. ISSN 1829-9334. Vol.
9, No. 2, Maret 2008
0 comments:
Post a Comment