Pembuatan
Media, Pengenceran dan Penanaman Bakteri
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media adalah suatu
substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan
hidupnya. Media kultur berasarkan konsistensinya dibedakan atas tiga macam,
yaitu media cair, media semi padat, dan media padat (Herawati,1996).
Total
Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode hitungan cawan (TPC)
merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam analisa, karena koloni
dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Untuk
menghitung total bakteri dengan metode cawan digunakan Nutrient Agar (NA)
(Feliatra, 1999).
Pengenceran
biasanya menggunakan larutan berupa larutan fosfat buffer, larutan garam
fisiologis 0,9 % atau larutan ringer. Dengan pengenceran dapat mengurangi
kepadatan bakteri yang ditanam. Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan
atas dua macam yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate)
(Mukhlis, 2008).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud
dari praktikum ini adalah agar praktikan Mikrobiologi Dasar dapat mengetahui
dan memahami cara pembuatan media, pengenceran, dan penanaman bakteri.
Tujuan
dari praktikum ini adalah agar praktikan terampil dalam melakukan pembuatan
media, pengenceran dan penanaman bakteri.
1.3 Waktu dan tempat
Praktikum
Mikrobiologi Dasar tentang Pembuatan Media, Pengenceran dan Penanaman Bakteri
dilaksanakan pada hari senin 11 oktober 2011 pukul 20.00-00.00 WIB, bertempat
di Laboratorium Mikrobiologi Dasar lantai I, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Fungsi Media
Dasar
makanan yang paling baik bagi pemiaraan baakteri ialah medium yang mengandung
zat – zat organik seperti rebusan daging, sayur – sayuran, sisa – sisa makanan
atau ramuan – ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan
dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar. Medium
ini tersusun daripada : kaldu bubuk 3 gram, pepton 5 gram, air suling 1000 gram
(Dwidjoseputro, 2005).
Media
adalah suatu substrat untuk menumbuhkan bakteri yang menjadi padat dan tetap
tembus pandang pada suhu inkubasi (Pelczar et al, 1986).
Medium
adalah suatu bahan nutrisi tempat menubuhkan bakteri di laboratorium (Tortora,
2007).
2.2 Macam – Macam Media
Menurut
Dwidjoseputro (1964), media dibedakan menjadi :
· Media cair misalnya kaldu.
· Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong.
· Media yang diperkaya.
· Media yang sintetik berupa ramu –ramuan zat anorganik.
· Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air.
Menurut
Pelczar et al (1986), media dibedakan menjadi:
· Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum
dari tanaman atau hewan.
· Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA
agar dapat tumbuh bakteri tanpa adanya halangan dari apapun.
· Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di
media untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan
diinokulasi dengan mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda.
Menurut
Hadioetomo (2010), media dibedakan menjadi 2 menurut komposisi kimiawinya
yaitu mediu sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik
dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat,
sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti.
2.3 Jelaskan NA, PDA
beserta komposisinya
Menurut
Pelczar et al (1986), NA (Nutrient Agar) adalah padatan yang bermaksud membuat
media menjadi padat.
Komposisi
NA :
· Ekstra Daging Sapi
3 gram.
· Pepton
5 gram
· Agar
15 gram
· Air
1000 ml.
Menurut
Fathir (2009), Komposisi PDA
· 20% Extra daging sapi
· 2% Glukosa
NA
(Nutrient Agar) digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk pencegahan organisme
dalam air, limbah, kotoran, dan lainnya. Komposisi : Beef extract, peptone,
agar dan aquadest (Ruly, 2009).
2.4 Pembuatan media TCBS, NA, dan PDA
Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient
Broth
· Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan
analitis untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
o Beef extract 3 g
o Peptone 5 g
o Agar
15 g
o Akuades
s.d 1000 ml
· Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk
melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi
untuk melarutkan agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak
· Larutkan agar pada sebagian air tersebut dengan mengaduk
secara konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate
stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai
sehingga tumpah).
· Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan peptone
dan beef extract, cukup dengan pengadukan.
· Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar
dan diaduk sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan kertas
pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat ditambahkan HCl/NaOH.
· Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan
disterilisasi dengan autoklaf.
· Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis.
Jika diinginkan media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang
ke tabung kemudian disterilisasi.
Pembuatan Nutrient Broth
Komposisi untuk edia NB sama dengan
NA tetapi tidak memakai agar sebagai pemadat. Proses pembuatannyapun lebih
sederhana, tinggal melarutkan peptone dan beef extract kemudian
ditampung dalam labu Erlenmeyer atau tabung reaksi dan siap disterilisasi.
Proses pembuatan ini tidak memerlukan panas, peptone dan beef extract
akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika diaduk
Pembuatan Potato Dextrose Agar
(PDA)
· Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis
untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
o Potato/kentang
3 g
o Peptone 5 g
o Agar
15 g
o Akuades
s.d 1000 ml
(sebelum
ditimbang, sebaiknya kentang dikupas dan diiris kecil-kecil)
· Rebus kentang dalam sebagian akuades tadi selama 1-3 jam
sampai lunak, kemudian diambil ekstraknya dengan menyaring dan memerasnya
menggunakan kertas saring lalu ditampung di Beaker glass baru.
· Agar dilarutkan dengan Hot Plate Stirrer dalam 50 ml
akuades lalu setelah larut dapat ditambahkan dekstrosa dan dihomogenkan lagi.
· Setelah semua larut, ekstrak kentang dan agar-dekstrosa
dicampur dan dihomogenkan. Atur pH media menjadi 5-6 dengan meneteskan
HCl/NaOH.
· Media dituang ke dalam Erlenmeyer atau ke tabung reaksi
kemudian siap untuk disterilisasi (Nurohainah et al, 2007).
2.5 Pengertian dan Tujuan Pengenceran
Pengenceran
adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga
lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan
kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009).
Pengeenceran
merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi
larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan
menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).
2.6 Macam Metode Penanaman beserta Kelebihan dan Kekurangannya
Menurut
Fais (2009), metode penanaman ada dua yaitu :
Dari
deskripsi yang singkat ini mengenai ciri – ciri nutrisi bakteri haruslah
dikenal dua langkah penting bagi intensitasnya. Di laboratorium (1) inokulasi
penanaman penting bagi suatu medium dengan kandungan nutrisi yang sesuai (2)
inkubasi medium yang sudah diinokulasi pada keadaan fisik (Waluyo, 2005).
2.7 Pengertian Bakteri
Vibrio
Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium (jamak:bacteria) adalah kelompok
vaksasadan original dari organism hidup , berukuran sangat kecil (mikroskopik)
dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal) dengan struktur sel yang velatif
sederhana tanpa nucleus dan organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas.Bakteri adalah yang paling berlimpah dari semua organism.(Djoelistea
,2010).
Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam
lingkungan pemeliharaan , kemudian berkembang dari sifat yang saprofik menjadi
patogenik jika kondisi lingkunganya memungkinkan .Bakteri vibrio yang patogen
dapat hidup di bagian tubuh organisme maupun didalam dengan jalan menempel
(Feliatra ,1999).
2.8 Klasifikasi Bakteri Vibrio
Menurut Pelzer (1986), klasifikasi
bakteri vibrio adalah :
Kingdom :Eubacteria
Divisi :Bacteri
Class :Schizomycetes
Ordo :Eubacteriales
Famili :Vibrionaceae
Genus :Vibrio
Species :
Divisi :Bacteri
Class :Schizomycetes
Ordo :Eubacteriales
Famili :Vibrionaceae
Genus :Vibrio
Species :
•Vibrio
anguilarum,
•
Vibrio alginolyticus,
•
Vibrio cholerae,
•
Vibrio salmonicida,
•
Vibrio vulnificus, dan
•
Vibrio parahaemolyticus.
2.9 Morfologi bakteri vibrio
Morfologi
atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita
atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi
akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakkan yang sudah
tua ( Fais, 2009).
Mempunyai
sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa
literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan
lebar (0,3 – 1,3) µm. Vibrio memiliki satu buah flagel (monotrik) dan dapat
bergerak sangat aktif (motil), tetapi tidak berspora dan tidak berselubung
(Pelzar, 1986).
2.10
Macam
- macam bakteri vibrio beserta penjelasan
Jenis
bakteri vibrio yang bersifat pada ikan dan invertebrata laut yaitu vibrio
algynoliteus, vibrio charchartae, vibrio salmoniada, vibrio vulnifeus ,vibrio
parahaemolitycus, vibrio pelogia, vibrio splendid, vibrio fischerin, dan vibrio
harvery (Austin ,1993).
Bakteri
Vibrio terdiri dari: Vibrio Angularium ,vibrio Alginolyticus ,vibrio cholera
,vibrio salmonicida ,vibrio vulnificus dan vibrio parahaemolitycus (Feliatra,1999).
Menurut
Pelzar (1986), bakteri Vibrio dibedakan menjadi :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai
ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau.
Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase,
glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl
red dan H2S negatif.
b.
Vibrio alginolyticus.
Mempunyai
ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negative.
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negative.
c.
Vibrio cholera
Mempunyai
ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah
menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif,
katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol
positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
d.
Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening,
diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan
methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa,fruktosa,bersifat
negatif.
e. Vibrio vulnificus.
e. Vibrio vulnificus.
Mempunyai
ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia
adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S
glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif.Sedangkan laktosa
bersifat negatif.
f. Vibrio parahaemolyticus.
f. Vibrio parahaemolyticus.
Mempunyai
ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna
hijau tua. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase,
oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan
sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.
3.
METODOLOGI
3.1
Alat dan Fungsi
Adapun
alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
· Kompor
: Sumber panas autoklaf.
· Panci
: Merebus media dan alat yang
digunakan.
· Timbangan : Menimbang media..
· Tabung reaksi :
Pengenceran bertingkat.
· Autoklaf : Sterilisasi basah.
· Cawan petri :
Tempat atau media penanaman.
· Erlenmeyer : Tempat larutan sementara saat sterilisasi.
· Rak tabung reaksi :
Tempat tabung reaksi.
· Bunsen
: Pengkondisian aseptis.
· Gelas ukur : Menakar larutan sejumlah
50, 100, 250 ml.
· Pipet volume :
Mengambul larutan (1 – 10 ml).
· Pipet serologis :
Mengambil larutan dengan skala 0,1 -1 ml.
· Incase
: Inkubasi suhu kamar (240C
– 270C).
· Timbangan Digital :
Meninmbang media dengan ketelitian 10-2.
3.2 Bahan dan Fungsi
Adapun bahan – bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah :
· PDA
: Sebagai bahan media PDA.
· NA :
Sebagai bahan media NA.
· Sampel :
Sebagai sumber yang diamati.
· Air Laut :
Sumber bakteri vibrio.
· TCBS :
Media penanaman vibrio.
· NaFis 0,9% : Untuk
pengenceran.
· Alkohol 70℅ :
Pengkondisian aseptis.
· Tissue :
Mengeringkan alat-alat.
· Aquades :
Pelarut dan digunakan saat pengenceran.
· Kapas :
Menyumbat mulut erlanmayer.
· Kertas label :
Menandai perlakuan berbeda pada tabung reaksi dan
cawan petri.
· Koran :
Membungkus peralatan.
· Tali :
Mengikat peralatan.
3.3 Cara Kerja
Pembuatan PDA
|
Ditimbang sebanyak 3,12 gram
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
ml
Ditambah aquades 80 ml
Dihomogenkan
Ditutup kapas
Dibungkus koran
Diikat dengan tali
Direbus dalam panci
Disterilisasi dalam autoklaf
PDA steril
HASIL
|
Pembuatan NaFis
|
Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan
Diukur aquades sebanyak yang
dibutuhkan
Diaduk NaCl dan aquadest sebanyak
yang dibutuhkan
Diaduk Nafis 0,9%
Diambil NaFis @10 ml dimasukkan
kedalam 5 tabung reaksi
Ditutup tabungnya dengan kapas
Dibungkus Koran dan diikat dengan
tali
Disterilisasi
Didapat NaFis sterils
hasil
|
Pembuata TCBs
|
Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan
dan dimasukkan keerlenmeyer
Diukur aquades sebanyak yang
dibutuhkan
Diaduk hingga homogen
Ditutup erlenmeyer dengan kapas
Dibungkus Koran dan diikat dengan
tali
Direbus 15 menit
Ditunggu sampai hangat-hangat kuku
dan untuk penanaman bakteri
4.
PEMBAHASAN
4.1
Analisa Prosedur
Prosedur Pembuatan Media dan NaFis
Prosedur
pembuatan Media NA, media PDA dan pembuatan NaFis diawali dengan disiapkan alat
dan bahan. Alat yang digunakan antara lain kompor sebagai sumber panas, panic
untuk merebus Erlenmeyer, timbangan, tabung reaksi, autoklaf, cawan petri,
Erlenmeyer, rak tabung reaksi, Bunsen, gelas ukur, pipet volum, pipet
serologis, dan incase. Bahan – bahan yang digunakan antara lain agar 5 gram,
PDA, NA, aquades, sampel tali, kapas, Koran.
Pada
pembuatan media NA, bahan yang digunakan adalah 3,36 gram NA yang ditimbang
dengan timbangan digital ketelitian , perhitungan 3,36 didapat dari rumus . NA
dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang
telah diukur dengan gelas ukur. NA dan aquadest dihomogenkan dengan cara
digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup bungkus korang agar Koran
menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer
direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke
dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. NA yang sudah steril disimpan dalam
waterbath sampai digunakan kembali.
Pada
pembuatan media PDA, bahan yang digunakan adalah 0,78 gram PDA yang ditimbang dengan
timbangan digital ketelitian , perhitungan 0,78 didapat dari rumus . NA
dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang
telah diukur dengan gelas ukur. PDA dan aquadest dihomogenkan dengan cara
digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup bungkus korang agar Koran
menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer
direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke
dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. PDA yang sudah steril disimpan dalam
waterbath sampai digunakan kembali.
Pada
pembuatan media NaFis, bahan yang digunakan adalah 0,9 gram NaCl yang ditimbang
dengan timbangan digital ketelitian , perhitungan 3,36 didapat dari rumus.NaCl
dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang
telah diukur dengan gelas ukur. NaCl dan aquadest dihomogenkan dengan cara
digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup bungkus korang agar Koran
menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer
direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke
dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. NaFis yang sudah steril disimpan dalam
waterbath sampai digunakan kembali.
Pada
pengenceran, tanah yang menjadi sampel pada tabung diambil 1 ml dengan
menggunakan pipet serologis dimasukkan pada tabung reaksi 2 dan dicatat sebagai
menggunakan kertas label. Dari tabung reaksi 2 diambil 1 ml dan
dimasukkan dalam tabung reaksi 3 dan dicatat sebagai . Dari tabung 3 diambil 1
ml dan dimsukkan lagi ke tabung reaksi 4 dicatat sebagai . Dari tabung 4
diambil 1 ml dimsukkan pada tabung ke 5. Kelima tabung secara berurutan
diletakkan pada rak tabung reaksi, tujuannya yaitu mengurani tingkat kekeruhan
sampel dan mengurangi jumlah organisme yang akan diamati.
Pada
penanaman, diambil 1ml dari masing – masing sampel dan dituang pada cawan
petri . Perlakuan duplo bertujuan sebagai pembanding. Pada masing – masing
cawan petri ditambah media NA hingga sampel tertutup media. Cawan petri
digoyang membentuk angka 8 agar homogen. Ke enam cawan ditunggu hingga beku
dekat Bunsen untuk pengondisian aseptis. Setelah membeku, cawan dibalik agar
tidak ada uap air yang jatuh saat sterilisasi. Cawan petri dibungkus Koran
untuk menyerap air. Kemudian diikat dengan tali agar rapat setelah itu di
inkubasi selama semalam di dalam incase.
Pembuatan media TCBS agar adalah
pertama ditimbang TCBS sebanyak 10,56 gram dimana rumus perhitungan x (€cawan)x
20 ml. Jadi perhitungan x 6x20=10,56 gram TCBS.Dimasukkan dalam
erlanmayer 250 ml untuk menghomogenkan dan sebagai wadah media TCBS.
Ditambahkan aquadest 20 ml. Ditutup kapas pada ujung bibir erlanmayer untuk
penutup erlanmayer saat direbus dan diinkubasi. Erlanmayer dibungkus Koran dan
diikat dengan tali untuk pengemasan saat perebusan dan diinkubasi.Erlanmayer
direbus dalam panic untuk pensterilan selam 20 menit. Kemudian TCBS diinkubasi
dalam waterbath hingga media akan digunakan. TCBS tidak disterilisasi dalam
autoklaf karna TCBS memiliki antinutrisi yang dapat merusak nutrisi jika TCBS
disterilisasi dalam autoklaf.
Pengenceran
Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Bahan yang digunakan
berupa ar laut.Air laut diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet serologis
,kemudian dimaskukkan dalam tabung reaksi 1 yang telah berisi NaFis 0,9
℅.Kemudian tabung reaksi tersebut dicatat sebagai dengan member label
pada dinding tabung reaksi mengunakan kertas label. Kemudian dari tabung reaksi
1 diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet serologis dipindahkan ke tabung
reaksi 2 dan dicatat sebagai menggunakan kertas label.Kemudian dari
tabung reaksi 2 diambil lagi 1 ml dipindahkan ke tabung reaksi 3. Kemudian
dicatat sebagai menggunakan kertas label.
Penanaman Bakteri Vibrio
Disiapkan alat dan bahan.Bahan yang digunakan adalah sampel air laut.Diambil 1
ml air laut dengan menggunakan pipet serologis dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi nerisi NaFis 0,9℅,dicatat mnggunakan kertas label.Kemudian dari
tabung reaksi diambil 1 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 2.Dan
dicatat sebagai ,Dari tabung reaksi , diambil ml kemudian
dimasukkan tabung reaksi 3 dan dicatat . Dilakukan penanaman bakteri vibrio
secara duplo sehingga disiapkan 6 cawan petri dengan label ,,,,,.Penanaman
bakteri vibrio menggunakan metode tuang yaitu sempel diteteskan dahulu pada
cawan petri kemudian media dituangkan didalamnya.Masing-masing sampel air laut
diteteskan ke dalam cawan petri 1 ml ke dalam masing-masing cawan yang sesuai
dengan label.Kemudian media TCBS dituang pula kira-kira 20 ml(diasumsikan telah
menutup seluruh prmukaan sampel).Penuangan media dan sampel dengan cara dibuka
cawan petri setengah saja dan diletakkan Bunsen.Perlakuan tersebut untuk
mencegah kontraminasi dan pengkondisian aseptis.Cawan petri digoyang-goyang
angka 8 agar homogeny dan ditunggu hingga dingin.Setelah dingin ,cawan petri
dibalik untuk menghindari uap air yang terjadi saat sterilisasi basah.Kemudian
cawan petri dibungkus dengan kertas Koran karna kertas Koran adalah penyerap
air yang baik dan merupakan kertas yang mudah didapat.Cawan disusun tiga dan
dibungkus Koran.Diikat tali agar cawan tidak bergeser,Cawan dimasukkan dalam
incase selam 24 jam,didapat hasil.
4.2 Analisis Hasil
Rumus Serta Perhitungan NA, PDA dan
NaFis
Adapun
rumus serta perhitungan NA adalah dimana angka 28 merupakan komposisi NA,
jumlah cawan yang digunakan adalah 6 cawan, 20 ml adalah banyaknya aquades yang
ditambahkan dan 1000 adalah koefisien yang menyatakan volume 1 liter aquades,
jadi perhitungannya adalah. Jadi, banyak NA yang digunakan sebanyak 3,36 gram. Kemudian
rumus perhitungan PDA adalah Angka 39 merupakan komposisi PDA, angka 1000
adalah koefisien yang menyatakan volume 1 liter aquades. Jumlah cawan yang
dipakai hanya 1 cawan, 20 ml adalah banyaknya aquades yang
ditambahkan.Perhitungannya adalah sebagai berikut gram. Maka banyak PDA yang
dibutuhkan adalah 0,78gram. Rumus perhitungan NaFis adalah gram Angka 0,9
adalah konsentrasi yang dibutuhkan yaitu 0,9. Jumlah tabung reaksi yang
digunakan adalah 10 tabung reaksi, 10 ml adalah banyak aquadest yang ditambahkan,
jadi perhitungannya adalah Gram. Maka NaCl yang dibutuhkan adalah 0,9 gram.
Perhitungan PDA
PDA = 39
X ∑ml cawan yang yang dipakai
1000
= 39 X 20 ml = 0,78
gram PDA
1000
Perhitungan NaFis 0,9 %
Gram NaCl = 0,9
X ∑ml yang yang dipakai X ∑tabung reaksi
100
= 0,9
X 10 X 10 = 0,9 gram NaCl
100
Komposisi
NA :
-
Lab lemco powder 1,0gr
-
Yeast extract 2,0gr
-
Pepton 5,0 gr
-
Sodium chloride 5,0gr
-
Agar 15,0 gr
Komposisi PDA :
-
Potato extract 4,0 gr
-
Glucose 20,0 gr
-
Agar 15,0 gr
Literatur
:
Komposisi NA :
-
Ekstra beef 10 gr
-
Pepton 10 gr
-
NaCl 5 gr
-
Air destilat 1000 ml
-
Agar 15gr
(Fathir,
2009)
Komposisi PDA :
-
20 ekstra kentang
-
2
glukosa
(Fathir, 2009)
NA dan
PDA awalnya berupa serbuk, kaldu awalnya daging yang dipotong kecil – kecil.
Setelah dihomogenkan media NA membentuk larutan dan bewarna orange, sedangkan
media PDA membentuk larutan dan bewarna bening. Selanjutnya saat proses
sterilisasi, media NA berbentuk cairan bewarna orange agak bening. Media PDA
berbentuk cairan bening. Jika didiamkan, media PDA mengental dan membeku.
Tingkat kekeruhan tiap sampel :
Pada
tabung dengan sampel berupa 1 gram tanah, tingkat kekeruhannya paling
keruh dibandingkan tabung lainnya. Pada , tingkat kekeruhan juga masih tinggi
walaupun tidak sekeruh tabung . Kemudian pada tabung , dengan tingkat kekeruhan
sedang, larutannya bewarna coklat namun agak bening. Pada tabung , tingkat
kekeruhannya sedikit, larutan bewarna bening. Kemudian pada tabung ,
kekeruhannya paling rendah disbanding tabung – tabung lainnya.
5.
Penutup
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa,
· Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat
tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.
· Pengenceran biasanya menggunakan larutan fosfat buffer,
larutan garam 0,9 atau larutan ringer.
· Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam
yaitu metode tuang dan metode sebar.
· Alat – alat yang digunakan antara lain kompor, panci,
timbangan, tabung reaksi, autoklaf, cawan petri, Erlenmeyer, rak tabung reaksi,
Bunsen, gelas ukur, pipet volume, pipet serologis, incase, timbangan digital,
TCBS, Tali, Alkohol 70℅, Tissue, Aquades, Kapas, Kertas label, Koran, NaFis
0,9℅
· Sedangkan bahan – bahannya adalah daging 0,5 gram, air
destilata 1000 ml, kain saring, prpton 5 gr, agar 5 gr, PDA, NA, aquades,
sampel, tali, kapas, Koran.
· Komposisi NA = lab lemco powder, yeast extract, pepton,
sodium chloride, agar. Komposisi PDA = potato extract, glucose, agar. Komposisi
media kaldu = daging, aquadest, pepton, agar.
· Hasil visualisasi pada NA dan PDA setelah sterilisasi
menjadi lebih bening. NA berwarna orange bening dan PDA menjadi larutan yang
bening. Media kaldu setelah sterilisasi berwarna lebih pucat dan terdapat
endapan pada permukaan media.
· Bakteri vibrio sp menyebabkan penyakit vibriosis.Bakteri
vibrio sp merupakan kelompok bakteri yang banyak terdapat pada air laut dan air
payau.
· Media yang sering digunakan dalam pengujian bakteri vibrio
antara lain TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose Agar),TSI, atau LIM.
5.2 Saran
Diharapkan para praktikan setelah
melakukan praktikum ini mampu membuat, menanam atau melekukan pengenceran untuk
praktikum-praktikum serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Austin,1993. Vibrio.London :Gram-hill College.
Dwidjoseputro. 1964. Dasar –
dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Diakses pada tanggal 10
Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB
Diakses
pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
Nurohaianah et al, 2007.
Media . Jakarta : UI Press.
Pelczar et al,1986. Dasar –
dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI Press.
Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB.
Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
Tortora,
2010. Semua tentang Mikrobiologi. http://tortora.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 10.00 WIB
Waluyo,2005. mikrobiologi http://waluyoimut.co.cc/ Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB
http://azhiizhaa.blogspot.com/2012/03/pembuatan-media-pengenceran-dan.html diunduh pukul 19:50 WIB 21 Oktober 2012
0 comments:
Post a Comment