Sunday 23 June 2013

PENGECATAN BURRY

Posted by Unknown on 05:53:00 with No comments
Banyak spesies bakteri yang mensintesa polimer ekstrasel yang berkondensasi dan membentuk lapisan di sekeliling sel yang disebut kapsul. Pada media agar, koloni kuman berkapsul tampak seperti koloni yang brrlendir. Umumnya bakteri berkapsul lebih tahan terhadap efek fagositosisdari daya pertahanan badan. Sejenis kapsul pada Sreptococcus mutans misalnya, dapat melekat erat pada permukaan gigi, membentuk lapisan plaque pada gigi dan mengeluarkan produksi asam yang menyebabkan karies gigi.
Beberapa metode pengecatan kapsul:
  • Metode burry - Cata yang dipakai: Nigrosin,Methilene Blue, Safranin
  • Metode Hiss - Cat yang dipakai: Basic Fucsin (dengan  pencuci alcohol)
  • Metode Welch - Cat yang dipakai: carbol fuchsin ( dengan pencuci NaCl)
  • Metode Antony - Cat yang dipakai: Kristal violet (dengan pencuci CuSO4)
Perbedaan antara kapsul dan lendir
  • Kapsul : bentuk kompak dan pasti
  • Lendir  : bentuk tidak beraturan
Fungsi kapsul pada sel bakteri
  • Sebagai  makanan cadangan
  • Mencegah kekeringan
  • Mencegah fagositosis
  • Menunjukkan virulensi
  • Kapsul sulit diwarnai karena adaya afinitas( daya serap) terhadap cat sangat kecil
Hubungan antara kapsul dan virulensi bakteri
  • Semakain tebal kapsul maka virulensinya semakin kuat dan sebaliknya
Species bakteri berkapsul
  • Klebsiella pneumonia
  • Bacillus subtilis
  • Seratia marcescent
  • diplococcus pneumonia
  • Pneumococcus pneumonia
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.Buku Ajar:Mikrobiologi Kedokteran

http://dwipoenya.wordpress.com/2010/11/04/pewarnaan-kapsul/

LOWONGAN Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji puluhan juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar dan bukan penipuan. http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr

Perhitungan Kuantitas Mikroba : Hitungan Cawan Petri (PTC) dan Biomassa Sel (Metode Turbidimetrik) + KERJA PAR TIME

Posted by Unknown on 05:51:00 with 1 comment
Perhitungan Kuantitas Mikroba
A. Tujuan
  1. Memahami teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi biomassa bakteri yang viable dengan metode hitung cawan petri.
   2. Penentuan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan spektofotometer dan kerelasinya terhadap hitungan sel yang bersangkutan.
B. Landasan Teori
Analisis material berupa makanan, air, susu, dan udara dalam hal – hal tertentu membutuhkan perhitungan jumlah mikroorganisme. Metode yang dapat dilakukan untuk memenuhi hal tersebu antara lain : penghitungan mikroskopis langsung, elektronik sel counter seperti misalnya Coulter counter, metode kimiawi untuk mengetahui massa sel atau penyusun seluler, pengukuran turbidimetri untuk peningkatan massa sel, dan penghitungan total koloni pada cawan yang menggunakan metode pengenceran agar cawan.
1. Metode Hitungan Cawan
Metode hitungan cawan didasrkan pasa anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang biak menjadisatu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan mengandung indeks bagi jumlah mikroorganisme yang dapat terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dalam metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah masing-masing cawan diamati. Untuk memenuhi persyaratan statistic, cawan yang dipilih untuk pengitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300 koloni. Karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi persyaratan tersebut, harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan menggunakn jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
2. Metode Turbidimetric
Metode turbidimetrik merupakan metode pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokolorimeter. Namun agar data yang diperoleh pengukuran ini dapat dinyatakan sebagai konsentrasi organism, diperlukan suatu kurva standart yang menyatakan korelasi antara kekeruhan dengan jumlah organisme per-ml biakan. Kurva semacam ini diperoleh dengan cara menggunakn metode hitungan cawan untuk menggunakan metode hitungan organisme di dalam biakan yang kekeruhannya diketahui.
Sekali kurva biakn ini diperoleh, maka sejumlah biakan organism sejenis dapat dengan cepat diukur kekeruhannya dan konsentrasinya segera setelah membaca kurva standar tersebut.
Untuk memahami cara kerja fotokorimeter, sumber cahaya dalam alat tersebut memancarkan seberkas cahaya putih melalui dua buah lensa dan celah masuk kesuatu kisi difraksiyang pada gilirannya menyebarkan cahaya menjadi berkas-berkas horizontal dengan semua spectrum warna. Dari warna ungu dan ultra ungu (gelombang cahaya pendek) sampai pada warna merah (gelombang cahaya panjang). Spektrum cahaya jatuh pada layar gelap yang dilengkapi cahaya keluar. Hanya bagian spectrum yang kebetulan jatuh pada celah tersebut memasuki sampel yang akan menjadi berkas monokromatik. Panjang gelombang mana yang akan masuk melalui celah tersebut dapat diatur dengan menyesuaikan arah kisi difraksi melalui pemutaran tombol pengatur panjang gelombang alat tersebut.
Untuk mencatat optical density (OD) atau % transmitans digunakan galvanometer. Makin besar intensitas cahaya artunya semakin sedikit jumlah sel dalam suspensi. Sebelum digunakn alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untu menetapkan 100% T. setelah dikalibarasi maka kekeruhan sampel biakn dapat dibaca dengan menaruh tabung berisi biakan tersebut kedalm sampel alat tersebut. Melalui perhitungan, nilai %T kemudian diubah dan dinyatakan sebagai nilai absorbans (A) atau rapat optik (optikal density atau OD).
C.Alat dan Bahan
Alat :
1.tabung reaksi.
2.tabung fotokolorimeter.
3.pipet steril.
4.cawan Petri steril.
5.spektrofotometer.
6.mesin pengocok.
7.Bunsen.
Bahan :
1.kultur yeast.
2.media SDA steril.
3.air fisiologis.
4.alkohol.
5.kapas.
6.aluminium foil.
7.tissue.
D.Prosedur
  1. Menyiapkan 7 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml air fisiologi steril dengan label 10-1, 10-2,…10-7 untuk pengenceran.
  2. Mengocok suspensi biakan yeast yang OD (optical density) nya telah ditentukan yaitu 0,32.
  3. pipet 1 ml suspensi tersebut dan pindahkan ke tabung reaksi yang berlaber 10-1 kemudian kocok dengan mesin pengocok. Ulangi langkah tersebut sampai tabung reaksi 10-7.
  4. Memindahkan 1ml suspensi dari tabung reaksi 10-4, 10-5, 10-6 dan 10-7 ke dalam cawan Petri dengan label yang sama.
  5. Menuangkan media SDA ke dalam cawan Petri yang telah berisi biakan yeast tersebut.
  6. Menghomogenkan kemudian tunggu sampai padat.
  7. Meletakkan pada posisi terbalik dan menginkubasi pada suhu kamar selama 2 hari.
  8. mengamati pertumbuhan dengan menghitung populasi koloni yang muncul.
E. Hasil Pengamatan
Kelompok
OD Prediksi
OD Sebenarnya
Nilai Pengenceran
TPC
1
0.05
0.05
10-1
10-2
2307 X 102
10-3
577 X 103
10-4
79 X 104
2
0.1
0.11
10-2
3366 X 102
10-3
274 X 103
10-4
96 X 104
10-5
3 X 105
3
0.2
0.22
10-3
67 X 103
10-4
115 X 104
10-5
14 X 105
10-6
4 X 106
4
0.3
0.32
10-4
155 X 104
10-5
14 X 105
10-6
1 X 106
10-7
1 X 106
5
0.4
0.47
10-6
4 X 106
10-7
6 X 107
10-8
1 X 108
10-9
2 X 109
Tabel nilai adsorbansi dengan rata-rata jumlah koloni(30-300) :
Nilai adsorbansi (OD)
Jumlah Koloni
0,05
79X104
0,11
96X104
0,22
115X104
0,32
155X104
0,47
4X106
Panjang gelombang (λ) yang digunakan = 600 nm
F. Pembahasan
Kegiatan kali ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui teknik seri pengenceran dan penentuan konsentrasi biomassa bakteri yang viable dengan metode hitungan cawan (TPC) dan untuk penentuan turbiditas suatu kultur mikroba dengan menggunakan spektrofotometer dan korelasinya terhadap hitungan sel Saccharomyces cerevisiae. Metode yang dapat dilakukan untuk memahami hal tersebut antara lain : penghitungan mikroskopis langsung, elektronik sel counter seperti misalnya Coulter counter, metode kimiawi untuk mengetahui massa sel atau penyusun seluler, pengukuran turbidimetri untuk peningkatan massa sel, dan penghitungan total koloni pada cawan yang menggunakan metode pengenceran seri-agar cawan.
Kami menggunakan rumus pengenceran N1 x V1 = N2 x V2 untuk mendapatkan nilai volume SDA pada OD awal (V1). Kami menggunakan volume total sebesar 10 ml untuk setiap OD yang yang diberikan
Dari hasil praktikum kami mendapatkan jumlah koloni yang mendekati 30 sampai 300, yaitu:
Nilai adsorbansi (OD)
Jumlah Koloni
0,05
79X104
0,11
96X104
0,22
115X104
0,32
155X104
0,47
4X106
Dari grafik kami mendapat nilai korelasi dari rata-rata jumlah koloni dengan nilai adsorbansi yaitu sebesar :
y = 1,5885x+5,7747 dan R2= 0,9279
Nilai koefisien determinan (R2) dari korelasi rata-rata jumlah koloni dengan nilai adsorbansi yang kami dapatkan mendekati angka 1 berarti mendekati tepat. Karena nilai keofisien determinasi (R2) yang tepat adalah 1.
Semakin banyak jumlah sel alam suspensi, makin besar intensitas cahaya yang lolos dan makin tinggi pula % transmitans yang tercatat.
Dalam praktikum ini terdapat kesalahan yang menyebabkan data tidak sempurna. Antara lain :
  1. Kurang telitinya praktikan dalam bekerja
  2. Kurang sterilnya alat
  3. Adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi kinerja praktikan
4. Keterbatasan waktu dalam melakukan praktikum
G. Kesimpulan
Nilai turbiditas dari suatu kultur mikroba Sacharomyces cereviceae dengan menggunakan spektrofotometer yaitu :
  1. Jumlah koloni bertambah pada setiap kenaikan OD,
Pada OD 0,05 rata-rata jumlah koloninya adalah 79X104
Pada OD 0,11 rata-rata jumlah koloninya adalah 96X104
Pada OD 0,22 rata-rata jumlah koloninya adalah 115X104
Pada OD 0,32 rata-rata jumlah koloninya adalah 155X104
Pada OD 0,47 rata-rata jumlah koloninya adalah 4X106
  1. Nilai regresi dan korelasi antara nilai adsorbansi masing-masing pengenceran dengan jumlah koloni masing-masing pengenceran adalah y = 1,5885x+5,7747 dan R2= 0,9279
H. Daftar Pustaka 
     Dwidjoseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : DjambatanHadioetomo, 
     Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
    Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta : UGM Press
    Volk & Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga

LOWONGAN KERJA PART TIME
Kerja Part time 1-2 jam perhari, gaji puluhan juta rupiah. Hanya ada di bisnis ODAP terbukti membayar. http://www.penasaran.net/?ref=qng2xr 

Pengecatan Ziel Nelsen

Posted by Unknown on 05:49:00 with No comments
Pengecatan Ziel Nelsen

Dalam pengecatan ini menggunakan bahan sputum dengan meletakkannya pada obyek glass. Kemudian dengan penambahan cat seperti carbol fuchsin, alkohol asam dan methilen biru. Pengecatan ini merupakan pengecatan khusus untuk BTA (bakteri tahan asam). Hasil yang diperoleh dalam pengecatan sputum ini adalah berbentuk batang bergandengan diplobasil dengan warna merah dan warna dasar kebiruan.

Hal ini terjadi karena kapsul lipoid dari bakteri tersebut menahan karbol fuchsin dan tahan terhadap dekolorisasi dengan pembilasan asam. Kapsul lipoid dari mikobakteria merupakan molekul berat yang akan menjadi mirip lilin pada temperature ruangan dan keberhasilan penetrasi dari larutan pewarnaan berdasarkan cairan (aqueousbased staining solutions) seperti pewarnaan gram dapat dicegah akibat adanya kapsul ini.

Karena karbol fuchsin diikat oleh komponen asam mikolik, jadi pada saat pembilasan dengan asam alcohol, zat warna ini tidak akan luntur dan pada saat ditambahkan metilen blue, zat warna metilen blue tidak dapat mewarnai bakteri sebab bakteri tahan asam itu sudah mempertahankan zat warna pertamanya (karbol fuchsin). Akhirnya, bakteri akan terwarnai dengan warna merah/pink.

http://www.scribd.com/doc/99683024/Hasil-Dan-Pembahasan

Pembuatan Media, Pengenceran dan Penanaman Bakteri

Posted by Unknown on 05:39:00 with No comments
Pembuatan Media, Pengenceran dan Penanaman Bakteri 
1.PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
 Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya. Media kultur berasarkan konsistensinya dibedakan atas tiga macam, yaitu media cair, media semi padat, dan media padat (Herawati,1996).
Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghitung total bakteri dengan metode cawan digunakan Nutrient Agar (NA) (Feliatra, 1999).
Pengenceran biasanya menggunakan larutan berupa larutan fosfat buffer, larutan garam fisiologis 0,9 % atau larutan ringer. Dengan pengenceran dapat mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam. Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate) (Mukhlis, 2008).

1.2  Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan Mikrobiologi Dasar dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan media, pengenceran, dan penanaman bakteri.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan terampil dalam melakukan pembuatan media, pengenceran dan penanaman bakteri.

1.3  Waktu dan tempat
Praktikum Mikrobiologi Dasar tentang Pembuatan Media, Pengenceran dan Penanaman Bakteri dilaksanakan pada hari senin 11 oktober 2011 pukul 20.00-00.00 WIB, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Dasar lantai I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian dan Fungsi Media
Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan baakteri ialah medium yang mengandung zat – zat organik seperti rebusan daging, sayur – sayuran, sisa – sisa makanan atau ramuan – ramuan yang dibuat oleh manusia. Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin di laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar. Medium ini tersusun daripada : kaldu bubuk 3 gram, pepton 5 gram, air suling 1000 gram (Dwidjoseputro, 2005).
Media adalah suatu substrat untuk menumbuhkan bakteri yang menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi (Pelczar et al, 1986).
Medium adalah suatu bahan nutrisi tempat menubuhkan bakteri di laboratorium (Tortora, 2007).

2.2  Macam – Macam Media
Menurut Dwidjoseputro (1964), media dibedakan menjadi :
·         Media cair misalnya kaldu.
·         Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong.
·         Media yang diperkaya.
·         Media yang sintetik berupa ramu –ramuan zat anorganik.
·         Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air.
Menurut Pelczar et al (1986), media dibedakan menjadi:
·         Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum dari tanaman atau hewan.
·         Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA agar dapat tumbuh bakteri  tanpa adanya halangan dari apapun.
·         Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di media untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan diinokulasi dengan mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda.
Menurut Hadioetomo (2010), media  dibedakan menjadi 2 menurut komposisi kimiawinya yaitu mediu sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat, sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti.




2.3   Jelaskan NA, PDA beserta komposisinya
Menurut Pelczar et al (1986), NA (Nutrient Agar) adalah padatan yang bermaksud membuat media menjadi padat.
Komposisi NA :
·         Ekstra Daging Sapi        3 gram.
·         Pepton                           5 gram
·         Agar                               15 gram
·         Air                                  1000 ml.
Menurut Fathir (2009), Komposisi PDA
·         20% Extra daging sapi
·         2% Glukosa
NA (Nutrient Agar) digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk pencegahan organisme dalam air, limbah, kotoran, dan lainnya. Komposisi : Beef extract, peptone, agar dan aquadest (Ruly, 2009).

2.4  Pembuatan media TCBS, NA, dan PDA
Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient Broth
·         Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
o   Beef extract 3 g
o   Peptone 5 g
o   Agar 15 g
o   Akuades s.d 1000 ml
·         Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak
·         Larutkan agar pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga tumpah). 
·         Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan peptone dan beef extract, cukup dengan pengadukan.
·         Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan diaduk sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan kertas pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat ditambahkan HCl/NaOH.
·         Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan disterilisasi dengan autoklaf.
·         Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika diinginkan media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke tabung kemudian disterilisasi.


Pembuatan Nutrient Broth
Komposisi untuk edia NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar sebagai pemadat. Proses pembuatannyapun lebih sederhana, tinggal melarutkan peptone dan beef extract kemudian ditampung dalam labu Erlenmeyer atau tabung reaksi dan siap disterilisasi. Proses pembuatan ini tidak memerlukan panas, peptone dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika diaduk

Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
·         Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut:
o   Potato/kentang 3 g
o   Peptone 5 g
o   Agar 15 g
o   Akuades s.d 1000 ml
(sebelum ditimbang, sebaiknya kentang dikupas dan diiris kecil-kecil)
·         Rebus kentang dalam sebagian akuades tadi selama 1-3 jam sampai lunak, kemudian diambil ekstraknya dengan menyaring dan memerasnya menggunakan kertas saring lalu ditampung di Beaker glass baru.
·         Agar dilarutkan dengan Hot Plate Stirrer dalam 50 ml akuades lalu setelah larut dapat ditambahkan dekstrosa dan dihomogenkan lagi.
·         Setelah semua larut, ekstrak kentang dan agar-dekstrosa dicampur dan dihomogenkan. Atur pH media menjadi 5-6 dengan meneteskan HCl/NaOH.
·         Media dituang ke dalam Erlenmeyer atau ke tabung reaksi kemudian siap untuk disterilisasi (Nurohainah et al, 2007).

2.5    Pengertian dan Tujuan Pengenceran
Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009).
Pengeenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007).

2.6  Macam Metode Penanaman beserta Kelebihan dan Kekurangannya
Menurut Fais (2009), metode penanaman ada dua yaitu :
Dari deskripsi yang singkat ini mengenai ciri – ciri nutrisi bakteri haruslah dikenal dua langkah penting bagi intensitasnya. Di laboratorium (1) inokulasi penanaman penting bagi suatu medium dengan kandungan nutrisi yang sesuai (2) inkubasi medium yang sudah diinokulasi pada keadaan fisik (Waluyo, 2005).

2.7   Pengertian Bakteri Vibrio
           Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium (jamak:bacteria) adalah kelompok vaksasadan original dari organism hidup , berukuran sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal) dengan struktur sel yang velatif sederhana tanpa nucleus dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.Bakteri adalah yang paling berlimpah dari semua organism.(Djoelistea ,2010).
           Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan , kemudian berkembang dari sifat yang saprofik menjadi patogenik jika kondisi lingkunganya memungkinkan .Bakteri vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme maupun didalam dengan jalan menempel (Feliatra ,1999).

2.8  Klasifikasi Bakteri Vibrio
Menurut Pelzer (1986), klasifikasi bakteri vibrio adalah :
Kingdom       :Eubacteria
Divisi              :Bacteri
Class               :Schizomycetes
Ordo               :Eubacteriales
Famili                        :Vibrionaceae
Genus                        :Vibrio
Species :
            •Vibrio anguilarum,
            • Vibrio alginolyticus,
            • Vibrio cholerae,
            • Vibrio salmonicida,
            • Vibrio vulnificus, dan
• Vibrio parahaemolyticus.

2.9  Morfologi bakteri vibrio
Morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakkan yang sudah tua ( Fais, 2009).
Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm. Vibrio memiliki satu buah flagel (monotrik) dan dapat bergerak sangat aktif (motil), tetapi tidak berspora dan tidak berselubung (Pelzar, 1986).

2.10               Macam - macam bakteri vibrio beserta penjelasan
Jenis bakteri vibrio yang bersifat pada ikan dan invertebrata laut yaitu vibrio algynoliteus, vibrio charchartae, vibrio salmoniada, vibrio vulnifeus ,vibrio parahaemolitycus, vibrio pelogia, vibrio splendid, vibrio fischerin, dan vibrio harvery (Austin ,1993).
Bakteri Vibrio terdiri dari: Vibrio Angularium ,vibrio Alginolyticus ,vibrio cholera ,vibrio salmonicida ,vibrio vulnificus dan vibrio parahaemolitycus (Feliatra,1999).
Menurut Pelzar (1986), bakteri Vibrio dibedakan menjadi :
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negative.
c. Vibrio cholera
Mempunyai ciri-ciri yaitu berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa,fruktosa,bersifat negatif.
e. Vibrio vulnificus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif.Sedangkan laktosa bersifat negatif.
f. Vibrio parahaemolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif.

            3. METODOLOGI


3.1 Alat dan Fungsi
Adapun alat – alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·         Kompor                      : Sumber panas autoklaf.
·         Panci                          : Merebus media dan alat yang digunakan.
·         Timbangan                : Menimbang media..
·         Tabung reaksi           : Pengenceran bertingkat.
·          Autoklaf                    : Sterilisasi basah.
·         Cawan petri               : Tempat atau media penanaman.
·         Erlenmeyer                           : Tempat larutan sementara saat sterilisasi.
·         Rak tabung reaksi    : Tempat tabung reaksi.
·         Bunsen                      : Pengkondisian aseptis.
·         Gelas ukur                            : Menakar larutan sejumlah 50, 100, 250 ml.
·         Pipet volume            : Mengambul larutan (1 – 10 ml).
·         Pipet serologis          : Mengambil larutan dengan skala 0,1 -1 ml.
·         Incase                         : Inkubasi suhu kamar (240C – 270C).
·         Timbangan Digital  : Meninmbang media dengan ketelitian 10-2.

3.2  Bahan dan Fungsi
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
·         PDA                : Sebagai bahan media PDA.
·         NA                   : Sebagai bahan media NA.
·         Sampel           : Sebagai sumber yang diamati.
·         Air Laut         : Sumber bakteri vibrio.
·         TCBS              : Media penanaman vibrio.
·         NaFis 0,9%    : Untuk pengenceran.
·         Alkohol 70℅ : Pengkondisian aseptis.
·         Tissue             : Mengeringkan alat-alat.
·         Aquades         : Pelarut dan digunakan saat pengenceran.
·         Kapas              : Menyumbat mulut erlanmayer.
·         Kertas label   : Menandai perlakuan berbeda pada tabung reaksi dan                                    cawan petri.
·         Koran             : Membungkus peralatan.
·         Tali                 : Mengikat peralatan.








3.3  Cara Kerja

Pembuatan PDA

 
Ditimbang sebanyak 3,12 gram
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
Ditambah aquades 80 ml
Dihomogenkan
Ditutup kapas
Dibungkus koran
Diikat dengan tali
Direbus dalam panci
Disterilisasi dalam autoklaf
PDA steril

HASIL



Pembuatan NaFis
Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan
Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan
Diaduk NaCl dan aquadest sebanyak yang dibutuhkan
Diaduk Nafis 0,9%
Diambil NaFis @10 ml dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi
Ditutup tabungnya dengan kapas
Dibungkus Koran dan diikat dengan tali
Disterilisasi
Didapat NaFis sterils
hasil
Pembuata TCBs
Ditimbang sebanyak yang dibutuhkan dan dimasukkan keerlenmeyer
Diukur aquades sebanyak yang dibutuhkan
Diaduk hingga homogen
Ditutup erlenmeyer dengan kapas
Dibungkus Koran dan diikat dengan tali
Direbus 15 menit
Ditunggu sampai hangat-hangat kuku dan untuk penanaman bakteri

4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Prosedur Pembuatan Media dan NaFis
Prosedur pembuatan Media NA, media PDA dan pembuatan NaFis diawali dengan disiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain kompor sebagai sumber panas, panic untuk merebus Erlenmeyer, timbangan, tabung reaksi, autoklaf, cawan petri, Erlenmeyer, rak tabung reaksi, Bunsen, gelas ukur, pipet volum, pipet serologis, dan incase. Bahan – bahan yang digunakan antara lain agar 5 gram, PDA, NA, aquades, sampel tali, kapas, Koran.
Pada pembuatan media NA, bahan yang digunakan adalah 3,36 gram NA yang ditimbang dengan timbangan digital ketelitian , perhitungan 3,36 didapat dari rumus . NA dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang telah diukur dengan gelas ukur. NA dan aquadest dihomogenkan dengan cara digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup  bungkus korang agar Koran menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. NA yang sudah steril disimpan dalam waterbath sampai digunakan kembali.
Pada pembuatan media PDA, bahan yang digunakan adalah 0,78 gram PDA yang ditimbang dengan timbangan digital ketelitian , perhitungan 0,78 didapat dari rumus . NA dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang telah diukur dengan gelas ukur. PDA dan aquadest dihomogenkan dengan cara digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup  bungkus korang agar Koran menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. PDA yang sudah steril disimpan dalam waterbath sampai digunakan kembali.
Pada pembuatan media NaFis, bahan yang digunakan adalah 0,9 gram NaCl yang ditimbang dengan timbangan digital ketelitian , perhitungan 3,36 didapat dari rumus.NaCl dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambah aquadest sebesar 20 ml yang telah diukur dengan gelas ukur. NaCl dan aquadest dihomogenkan dengan cara digoyang, kemudian mulut Erlenmeyer ditutup  bungkus korang agar Koran menyerap uap air, kemudian Koran diikat dengan tali agar rapat, lalu Erlenmeyer direbus 15 – 20 menit di dalam panci agar homogen setelah itu dimasukkan ke dalam autoklaf untuk sterilisasi basah. NaFis yang sudah steril disimpan dalam waterbath sampai digunakan kembali.
Pada pengenceran, tanah yang menjadi sampel pada tabung diambil 1 ml dengan menggunakan pipet serologis dimasukkan pada tabung reaksi 2 dan dicatat sebagai  menggunakan kertas label. Dari tabung reaksi 2 diambil 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi 3 dan dicatat sebagai . Dari tabung 3 diambil 1 ml dan dimsukkan lagi ke tabung reaksi 4 dicatat sebagai . Dari tabung 4 diambil 1 ml dimsukkan pada tabung ke 5. Kelima tabung secara berurutan diletakkan pada rak tabung reaksi, tujuannya yaitu mengurani tingkat kekeruhan sampel dan mengurangi jumlah organisme yang akan diamati.
Pada penanaman, diambil 1ml dari masing – masing sampel dan  dituang pada cawan petri . Perlakuan duplo bertujuan sebagai pembanding. Pada masing – masing cawan petri ditambah media NA hingga sampel tertutup media. Cawan petri digoyang membentuk angka 8 agar homogen. Ke enam cawan ditunggu hingga beku dekat Bunsen untuk pengondisian aseptis. Setelah membeku, cawan dibalik agar tidak ada uap air yang jatuh saat sterilisasi. Cawan petri dibungkus Koran untuk menyerap air. Kemudian diikat dengan tali agar rapat setelah itu di inkubasi selama semalam di dalam incase.
Pembuatan media TCBS agar adalah pertama ditimbang TCBS sebanyak 10,56 gram dimana rumus perhitungan x (€cawan)x 20 ml. Jadi  perhitungan x 6x20=10,56 gram TCBS.Dimasukkan dalam erlanmayer 250 ml untuk menghomogenkan dan sebagai wadah media TCBS. Ditambahkan aquadest 20 ml. Ditutup kapas pada ujung bibir erlanmayer untuk penutup erlanmayer saat direbus dan diinkubasi. Erlanmayer dibungkus Koran dan diikat dengan tali untuk pengemasan saat perebusan dan diinkubasi.Erlanmayer direbus dalam panic untuk pensterilan selam 20 menit. Kemudian TCBS diinkubasi dalam waterbath hingga media akan digunakan. TCBS tidak disterilisasi dalam autoklaf karna TCBS memiliki antinutrisi yang dapat merusak nutrisi jika TCBS disterilisasi dalam autoklaf.

Pengenceran
           Pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.Bahan yang digunakan berupa ar laut.Air laut diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet serologis ,kemudian dimaskukkan dalam tabung reaksi 1 yang telah berisi NaFis 0,9 ℅.Kemudian tabung reaksi tersebut dicatat sebagai  dengan member label pada dinding tabung reaksi mengunakan kertas label. Kemudian dari tabung reaksi 1 diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet serologis dipindahkan ke tabung reaksi 2 dan dicatat sebagai  menggunakan kertas label.Kemudian dari tabung reaksi 2 diambil lagi 1 ml dipindahkan ke tabung reaksi 3. Kemudian dicatat sebagai  menggunakan kertas label.

Penanaman Bakteri Vibrio
           Disiapkan alat dan bahan.Bahan yang digunakan adalah sampel air laut.Diambil 1 ml air laut dengan menggunakan pipet serologis dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi nerisi NaFis 0,9℅,dicatat  mnggunakan kertas label.Kemudian dari tabung reaksi diambil 1 ml kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 2.Dan dicatat sebagai  ,Dari tabung reaksi  , diambil  ml kemudian dimasukkan tabung reaksi 3 dan dicatat . Dilakukan penanaman bakteri vibrio secara duplo sehingga disiapkan 6 cawan petri dengan label ,,,,,.Penanaman bakteri vibrio menggunakan metode tuang yaitu sempel diteteskan dahulu pada cawan petri kemudian media dituangkan didalamnya.Masing-masing sampel air laut diteteskan ke dalam cawan petri 1 ml ke dalam masing-masing cawan yang sesuai dengan label.Kemudian media TCBS dituang pula kira-kira 20 ml(diasumsikan telah menutup seluruh prmukaan sampel).Penuangan media dan sampel dengan cara dibuka cawan petri setengah saja dan diletakkan Bunsen.Perlakuan tersebut untuk mencegah kontraminasi dan pengkondisian aseptis.Cawan petri digoyang-goyang angka 8 agar homogeny dan ditunggu hingga dingin.Setelah dingin ,cawan petri dibalik untuk menghindari uap air yang terjadi saat sterilisasi basah.Kemudian cawan petri dibungkus dengan kertas Koran karna kertas Koran adalah penyerap air yang baik dan merupakan kertas yang mudah didapat.Cawan disusun tiga dan dibungkus Koran.Diikat tali agar cawan tidak bergeser,Cawan dimasukkan dalam incase selam 24 jam,didapat hasil.     

4.2 Analisis Hasil
Rumus Serta Perhitungan NA, PDA dan NaFis
Adapun rumus serta perhitungan NA adalah  dimana angka 28 merupakan komposisi NA, jumlah cawan yang digunakan adalah 6 cawan, 20 ml adalah banyaknya aquades yang ditambahkan dan 1000 adalah koefisien yang menyatakan volume 1 liter aquades, jadi perhitungannya adalah. Jadi, banyak NA yang digunakan sebanyak 3,36 gram. Kemudian rumus perhitungan PDA adalah Angka 39 merupakan komposisi PDA, angka 1000 adalah koefisien yang menyatakan volume 1 liter aquades. Jumlah cawan yang dipakai hanya 1 cawan, 20 ml adalah banyaknya aquades yang ditambahkan.Perhitungannya adalah sebagai berikut gram. Maka banyak PDA yang dibutuhkan adalah 0,78gram. Rumus perhitungan NaFis adalah gram Angka 0,9 adalah konsentrasi yang dibutuhkan yaitu 0,9. Jumlah tabung reaksi yang digunakan adalah 10 tabung reaksi, 10 ml adalah banyak aquadest yang ditambahkan, jadi perhitungannya adalah Gram. Maka NaCl yang dibutuhkan adalah 0,9 gram.
Perhitungan PDA
PDA    =     39  X ∑ml cawan yang yang dipakai
                1000
            =     39  X 20 ml = 0,78 gram PDA
               1000

Perhitungan NaFis 0,9 %
Gram NaCl =     0,9     X ∑ml yang yang dipakai X ∑tabung reaksi
                        100
                   =    0,9       X 10 X 10 = 0,9 gram NaCl
            100


Komposisi NA :
-      Lab lemco powder  1,0gr
-      Yeast extract  2,0gr
-      Pepton   5,0 gr
-      Sodium chloride  5,0gr
-      Agar      15,0 gr

Komposisi PDA :
-      Potato extract    4,0 gr
-      Glucose   20,0 gr
-      Agar 15,0 gr

      Literatur :
Komposisi NA :
-      Ekstra beef   10 gr
-      Pepton  10 gr
-      NaCl   5 gr
-      Air destilat  1000 ml
-      Agar    15gr              (Fathir, 2009)
Komposisi PDA :
-      20  ekstra kentang
-        2  glukosa                                         (Fathir, 2009)

NA dan PDA awalnya berupa serbuk, kaldu awalnya daging yang dipotong kecil – kecil. Setelah dihomogenkan media NA membentuk larutan dan bewarna orange, sedangkan media PDA membentuk larutan dan bewarna bening. Selanjutnya saat proses sterilisasi, media NA berbentuk cairan bewarna orange agak bening. Media PDA berbentuk cairan bening. Jika didiamkan, media PDA mengental dan membeku.
Tingkat kekeruhan tiap sampel :
Pada tabung  dengan sampel berupa 1 gram tanah, tingkat kekeruhannya paling keruh dibandingkan tabung lainnya. Pada , tingkat kekeruhan juga masih tinggi walaupun tidak sekeruh tabung . Kemudian pada tabung , dengan tingkat kekeruhan sedang, larutannya bewarna coklat namun agak bening. Pada tabung , tingkat kekeruhannya sedikit, larutan bewarna bening. Kemudian pada tabung , kekeruhannya paling rendah disbanding tabung – tabung lainnya.


5. Penutup


5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan bahwa,
·         Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh yang disesuaikan dengan lingkungan hidupnya.
·         Pengenceran biasanya menggunakan larutan fosfat buffer, larutan garam 0,9  atau larutan ringer.
·         Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam yaitu metode tuang dan metode sebar.
·         Alat – alat yang digunakan antara lain kompor, panci, timbangan, tabung reaksi, autoklaf, cawan petri, Erlenmeyer, rak tabung reaksi, Bunsen, gelas ukur, pipet volume, pipet serologis, incase, timbangan digital, TCBS, Tali, Alkohol 70℅, Tissue, Aquades, Kapas, Kertas label, Koran, NaFis 0,9℅ 
·         Sedangkan bahan – bahannya adalah daging 0,5 gram, air destilata 1000 ml, kain saring, prpton 5 gr, agar 5 gr, PDA, NA, aquades, sampel, tali, kapas, Koran.
·         Komposisi NA = lab lemco powder, yeast extract, pepton, sodium chloride, agar. Komposisi PDA = potato extract, glucose, agar. Komposisi media kaldu = daging, aquadest, pepton, agar.
·         Hasil visualisasi pada NA dan PDA setelah sterilisasi menjadi lebih bening. NA berwarna orange bening dan PDA menjadi larutan yang bening. Media kaldu setelah sterilisasi berwarna lebih pucat dan terdapat endapan pada permukaan media.
·         Bakteri vibrio sp menyebabkan penyakit vibriosis.Bakteri vibrio sp merupakan kelompok bakteri yang banyak terdapat pada air laut dan air payau.
·         Media yang sering digunakan dalam pengujian bakteri vibrio antara lain TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose Agar),TSI, atau LIM.


5.2 Saran
Diharapkan para praktikan setelah melakukan praktikum ini mampu membuat, menanam atau melekukan pengenceran untuk praktikum-praktikum serupa.



DAFTAR PUSTAKA


Austin,1993. Vibrio.London :Gram-hill College.

Dwidjoseputro. 1964. Dasar – dasar Mikrobiologi.  Jakarta : Djambatan

Fais,2009. Metode penanaman. http://faizcute.blogspot.com/
Diakses  pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB

Fathir,Fuad. 2009. Media pertumbuhan mikroba.http://fuadfathir.blogspot.com/ 
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB

Hadieoetomo, 2010. Media. http://belajarmikro.co.cc/
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB

Nurohaianah et al,  2007.  Media . Jakarta : UI Press.

Pelczar et al,1986.  Dasar – dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI Press.

Ratna, 2010. Membuat media pertumbuhan mikroba.http://mikrobiologiku.co.cc/
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 10.00 WIB.

Rully, 2009. Media. http://media-na.com.html/
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB

Tortora, 2010.  Semua tentang Mikrobiologi.  http://tortora.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 pukul 10.00 WIB

Waluyo,2005. mikrobiologi http://waluyoimut.co.cc/  Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011, pukul 14.00 WIB